BEIRUT, KOMPAS.TV - Hizbullah memberikan peringatan terhadap Amerika Serikat yang membantu Israel.
Kelompok militer dari Lebanon itu mengingatkan AS atas kekalahannya di Timur Tengah.
Peringatan itu dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah, Jumat (3/11/2023).
Baca Juga: Israel Benarkan Serangan ke Rumah Sakit Shifa di Gaza, Berdalih Hamas Miliki Markas di Bawahnya
Pada pidatonya Nasrallah memperingatkan bahwa intervensi Amerika terhadap koalisi milisi yang menargetkan Israel akan mengakibatkan kekalahan telak terhadap kepentingan dan pasukannya di wilayah itu.
Nasrallah juga memuji serangan kejutan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober lalu.
Ia juga mengungkapkan solidaritasnya terhadap Hamas yang tengah berperang dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza.
Nasrallah mengatakan Hizbullah telah bersiap memperluas front penyerangannya di perbatasan Lebanon-Israel.
Ia juga menyoroti langkah AS yang meningkatkan postur kekuatannya di Timur Tengah, termasuk lewat pengerahan kelompok penyerang kapal induk Angkatan Laut (AL) di Laut Mediteranian, dalam upaya mencegah perang yang lebih luas.
“Kapal AL Anda di Mediteranian tak menakutkan kami, dan mereka tak akan pernah bisa,” katanya dikutip dari Newsweek.
Nasrallah juga melanjutkan dengan merujuk pada kemunduran AS yang dialami di Timur Tengah.
“Kepada Amerika, ingatkan kekalahan Anda di Lebanon, Irak, di Afghanistan, dan bagaimana Anda secara memalukan mundur dari Afghanistan,” ujarnya.
“Amerika, hari ini saya katakan kepada Anda, bahwa mereka yang mengalahkan Anda di Lebanon pada awal 80-an, mereka masih hidup dan bersama dengan mereka hari ini kami memiliki anak dan cucu mereka,” kata Nasrallah.
Hal itu merujuk pada petaka yang menimpa pasukan AS di tengah perang sipil Lebanon selama 15 tahun.
Ketika itu, AS dan Prancis yang merupakan bagian dari pasukan multinasional di Lebanon menjadi target serangan bom kembar pada Oktober 1983.
Baca Juga: PBB: Bendera Kami Tak Mampu Lagi Lindungi Nyawa Warga Palestina, Sudah Tidak Ada Tempat Aman di Gaza
Serangan itu membunuh 241 personel militer AS dalam serangan yang disebut paling mematikan bagi militer AS sejak Serangan Tet di Perang Vietnam. Prancis sendiri ketika itu kehilangan 58 personelnya.
Serangan tersebut diklaim dilakukan kelompok Syiah yang menyebutnya sebagai Pasukan Jihad Islam, namun berbeda dengn pasukan Jihad Islam Palestina yang Sunni.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.