DAGESTAN, KOMPAS.TV - Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengeluarkan ancaman tembak kepala pengunjuk rasa anti-Israel yang berbuat onar.
Ia mengarakan hal tersebut untuk menghindari kerusuhan yang sama seperti saat terjadinya demonstrasi anti-Israel yang akan memenuhi bandara Makhackala ketika pesawat dari Tel-Aviv, Israel akan tiba Minggu (29/11/2023).
Ketika itu para demonstran juga mencari warga yang memiliki paspor Israel.
Baca Juga: Israel Sebut Pengepungan Gaza Telah Lengkap: Gencatan Senjata Tak akan Terjadi
Kadyrov menegaskan dirinya akan bertindak tegas untuk para demonstran dan juga para perusuh tersebut.
Seperti dilaporkan RIA Novosti, Selasa (30/10/2023), Kadyrov telah memerintahkan Menteri Dalam Negeri dan pasukan Garda Nasional untuk menahan siapa pun yang melakukan gerakan itu di Chechnya.
“Jika tidak, buat tiga tembakan ke udara, dan jika orang itu tak taat hukum, maka tembakan keempat di kepalanya,” kata Kadyrov dilansir dari The Moscow Times. Rabu (1/11/2023).
“Tidak akan ada yang protes. Ini perintah saya,” kata sang pemimpin.
Kadyriv juga memperingatkan demonstrasi terkait perang Israel-Hamas akan sangat ditekan.
“Kita tak boleh ikut-ikutan dengan musuh-musuh Rusia dan merusak situasi dari dalam,” kata Kadyrov.
“Kita harus berada di atas ini semua, dan menjaga ketertiban di tanah kita sendiri,” ujarnya.
Kadyrov ikut menggemakan tuduhan yang dibuat pejabat Rusia lainnya, termasuk Presiden Vladimir Putin yang menyalahkan kerusuhan di bandara Dagestan adalah ulah musuh Rusia di luar negeri.
Baca Juga: Pentagon Tolak Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas di Gaza walau Biden Setuju Jeda Kemanusiaan
Sekitar 1.200 orang dilaporkan ikut serta dalam kerusuhan di bandara Makhachkala, di mana kerumunan orang melemparkan benda ke arah polisi dan menggeledah halaman bandara dan mencari warga Yahudi.
Kadyrov memerintah Chechnya, yang merupakan wilayah mayoritas Muslim di Rusia sejak 2007.
Chachnya sendiri sempat menjadi tempat perang separatis pada 1990-an dan awal 2000-an, meski kini menjadi wilayah istimewa di Rusia.
Sumber : The Moscow Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.