Kompas TV internasional kompas dunia

Gerbang Rafah Dibuka, Izinkan 80 Pasien Kritis dan 500 WNA dan Paspor Asing ke Mesir

Kompas.tv - 1 November 2023, 18:07 WIB
gerbang-rafah-dibuka-izinkan-80-pasien-kritis-dan-500-wna-dan-paspor-asing-ke-mesir
Ambulans Palestina mengangkut korban luka akibat serangan udara Israel di Gerbang Rafah menuju Mesir, Rabu (1/11/2023). (Sumber: Hatem Ali/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

GAZA, KOMPAS.TV - Gerbang Rafah yang menjadi titik penyeberangan dari Jalur Gaza ke Mesir dibuka pada Rabu (1/11/2023). Pihak berwenang mengizinkan puluhan pasien kritis dan sekitar 500 warga negara asing atau memiliki paspor luar Palestina memasuki Mesir.

Ratusan orang diketahui mengantre di Gerbang Rafah tiga pekan belakangan menyusul pengeboman dan pengepungan Israel di Jalur Gaza. Mesir menolak membuka gerbang karena khawatir Israel tidak akan membolehkan pengungsi Palestina kembali ke Gaza.

Associated Press melaporkan, deretan ambulans terlihat memasuki Rafah dari wilayah Mesir. Sebuah rumah sakit lapangan pun didirikan di dekat kota Sheikh Zuweid, Mesir.

Baca Juga: Israel Serang Kamp Pengungsi Jabalia, Direktur RS Indonesia di Gaza: Lebih dari 50 Orang Tewas

Menurut laporan Al Jazeera, sekitar 500 orang yang diizinkan meninggalkan Gaza di antaranya adalah warga negara Indonesia, Jepang, Austria, Bulgaria, Yordania, Italia, Yunani, Australia, dan Republik Ceko.


Warga Palestina berkewarganegaraan ganda juga masuk daftar orang yang diizinkan meninggalkan Gaza. Daftar itu mencakup pekerja organisasi non-pemerintah dengan paspor dari Spanyol, Italia, Filipina, Haiti, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, Austria, Meksiko, Prancis, Kenya, Nigeria, Afrika Selatan, Armenia, Uganda, Ghana, Yordania, Sierra Leone, Ukraina, Republik Ceko, Selandia Baru, dan Australia.

Jurnalis Al Jazeera di Rafah, Hani Mahmoud melaporkan situasi di titik penyeberangan tersebut "sangat kacau". Ratusan orang disebut mengantre di gerbang Rafah menunggu kesempatan meninggalkan Jalur Gaza.

"Banyak orang di sini, tetapi nama mereka tidak ada dalam daftar. Mereka bersikeras pergi hari ini," kata Mahmoud.

"Orang-orang marah karena mereka telah menunggu untuk meninggalkan Gaza tiga pekan belakangan, dan telah berkali-kali menelepon dan meminta pejabat kedutaan dan pemerintahan mereka, tetapi tidak ada respons," lanjutnya.

Sebelumnya, Gerbang Rafah ditutup menyusul adanya ketidaksetujuan antara pemerintah Mesir, Israel, dan Hamas. Bantuan pun baru diizinkan masuk oleh Israel sekitar sepekan lalu.

Akan tetapi, berbagai pihak, termasuk Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut jumlah bantuan yang diperbolehkan masuk Gaza sangat kurang dibanding kebutuhan.

Baca Juga: Pemilih Muslim AS Ancam Tak Pilih Biden di Pilpres 2024 jika Tak Ada Gencatan Senjata di Gaza

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x