NOVO-OGARYOVO, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) beserta negara-negara sekutunya sedang mendapat cuan besar atau memetik keuntungan dari konflik di Timur Tengah dan wilayah lain di dunia. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (30/10/2023).
"Kita tidak boleh, tidak punya hak, dan tidak bisa membiarkan emosi mengendalikan kita. Kita harus dengan jelas melihat siapa sebenarnya yang ada di balik tragedi rakyat di Timur Tengah dan di wilayah lain di dunia, siapa yang mengatur kekacauan mematikan ini, siapa yang mendapatkan keuntungan darinya," kata Putin seperti laporan TASS, Selasa (31/10/2023).
"Saya pikir hal ini sudah jelas bagi semua orang saat ini. Para pemberi perintah bertindak secara terang-terangan dan nyata. Elite pemerintahan AS dan negara-negara satelitnya adalah pihak yang paling mendapatkan keuntungan dari ketidakstabilan global ini," ujar Putin dalam pertemuan mengenai situasi di Dagestan.
Diketahui, pada Minggu (29/10), massa menyerbu bandara Dagestan di Rusia untuk mencari penumpang Yahudi atau berpaspor Israel, imbas dari konflik di Timur Tengah.
"AS sebagai kekuatan superglobal sedang melemah, kehilangan posisinya, dan semua orang melihatnya, memahaminya, bahkan hanya dengan melihat tren dalam ekonomi global. 'Pax Americana,' 'Dunia Amerika' dengan satu hegemoni sedang runtuh, perlahan tapi pasti menjadi kenangan," katanya.
Ia menambahkan, inilah mengapa AS berupaya mendestabilisasi Rusia dan pesaing-pesaing lainnya dengan cara menanamkan perpecahan.
Putin, dalam pertemuan dengan pejabat keamanan dan penegak hukum sehari setelah kerumunan menyerbu bandara di wilayah selatan Dagestan, mengatakan situasi di Timur Tengah digunakan oleh "para dalang geopolitik" untuk kepentingan pribadi.
Baca Juga: Israel Kebakaran Jenggot Putin Cenderung Bela Hamas, Langsung Panggil Dubes Rusia untuk Protes
Dia mengatakan tidak ada yang dapat membenarkan pengeboman ratusan ribu warga tak bersalah di Gaza. Putin juga menekankan berbagai taktik, termasuk "kebohongan, provokasi, dan teknologi canggih dalam agresi psikologis dan informasi" digunakan untuk mengeksploitasi kekacauan di Timur Tengah dan konflik regional dengan tujuan destabilisasi dan memecah "masyarakat Rusia yang beragam dan multi-agama."
Sementara menekankan krisis baru di Timur Tengah dimulai dengan serangan Israel pada 7 Oktober, ia mengatakan, "Alih-alih menghukum para penjahat dan teroris, sayangnya, mereka mulai membalas dendam atas prinsip tanggung jawab kolektif."
Putin juga menekankan, pendirian negara Palestina adalah kunci untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah. Ia menambahkan, posisi Moskow dalam penyelesaian Palestina-Israel tidak pernah didasarkan pada kepentingan sendiri.
"Tidak pernah ada kepentingan sendiri, intrik, dan 'tindakan ganda' dalam pendekatan kami terhadap situasi di Timur Tengah, berbeda dengan Barat," kata Putin dalam pertemuan mengenai situasi di Dagestan, seperti yang dilaporkan oleh TASS, Selasa (31/10/2023).
"Kami sudah menyatakan dan kami (kembali) menyatakan posisi dengan jelas, yang tidak berubah setiap tahun: kunci penyelesaian konflik ini terletak pada pendirian negara Palestina yang berdaulat, independen, dan merdeka," tegas Putin.
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.