GAZA, KOMPAS.TV - Keluarga jurnalis senior Al Jazeera, Wael Al-Dahdouh, yang terbunuh serangan udara Israel telah dimakamkan di Jalur Gaza pada Kamis (26/10/2023). Wael memimpin sendiri salat jenazah sebelum pemakaman istri, dua anak, dan satu cucunya.
Wael kehilangan istri dan dua anaknya yang masih SMA dan berusia tujuh tahun dalam serangan udara Israel di kamp Nuseirat, tengah Gaza, Rabu (25/10) malam waktu setempat. Kemudian dikabarkan bahwa cucu Wael, Adam turut terbunuh dalam serangan tersebut. Terdapat sejumlah anggota keluarga lain yang masih dinyatakan hilang.
Serangan Israel yang menewaskan keluarga Wael terjadi saat jurnalis itu tengah bertugas bersama tim Al Jazeera. Masih mengenakan rompi pers, Wael pun segera mendatangi Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir Al-Balah, selatan Gaza, untuk menengok jenazah keluarganya yang dibawa ke sana.
Baca Juga: Menteri Spanyol Ajak Eropa Embargo Israel dan Pidanakan Netanyahu: Mari Hentikan Genosida
Rekaman yang disirakan Al Jazeera menunjukkan Wael Al-Dahdouh terguncang dan terisak menangisi jenazah anaknya yang terbaring di lantai rumah sakit.
"Mereka (Israel) membalas dendam kepada kita dengan mengincar anak-anak kita?" kata Wael.
Al Jazeera pun mengutuk serangan Israel yang turut menyasar penduduk tak bersalah di Jalur Gaza, termasuk jurnalis yang bekerja. Media yang berbasis di Qatar itu menyatakan otoritas Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas keamanan jurnalis yang bekerja di Gaza.
Sejak Israel meluncurkan operasi pengeboman ke Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu, sebanyak 22 jurnalis Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza. Pada Kamis (26/10) dini hari waktu setempat, serangan udara Israel juga membunuh jurnalis Palestina, Duaa Sharaf dan anaknya di wilayah Az-Zawayda, tengah Gaza.
Salah satu tim liputan Wael Al-Dahdouh, Tamer Almisshal menyebut Israel sengaja menyasar jurnalis Palestina yang meliput di Jalur Gaza. Tamel menegaskan pihaknya tidak akan berhenti melakukan kerja jurnalistik kendati terancam serangan Israel.
"Wael terus melaporkan kekejaman Israel kendati ancaman-ancaman terhadap ia dan keluarganya, dan ia menolak meninggalkan Gaza demi menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di sini," kata Tamer dikutip Al Jazeera.
"Ia akan tetap bersuara, itu bisa kami pastikan. Kami semua akan tetap bersuara, dan kami akan terus meliput serangan ini untuk mengabarkan kebenaran setiap hari," lanjutnya.
Hingga Kamis (26/10), serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 6.546 orang, termasuk 2.704 anak-anak dan 1.584 perempuan. Lebih dari 17.439 orang terluka di Gaza akibat serangan Israel.
Sementara di Tepi Barat, eskalasi kekerasan dan serbuan Israel telah menewaskan 103 orang dan menimbulkan 1.828 korban luka antara 7-26 Oktober 2023.
Baca Juga: Warga Gaza Utara Pilih Pulang ke Rumah karena di Selatan Juga Sama: Terbunuh Serangan Israel
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.