GAZA, KOMPAS.TV - China mendesak ditetapkannya gencatan senjata di Gaza dan menyatakan siap membantu perundingan damai Israel-Palestina.
Diplomat veteran China, Zhai Jun, saat ini sedang berkunjung ke kawasan Timur Tengah. Dalam kunjungannya itu, ia mengatakan situasi di Gaza “sangat serius".
Selain itu, Zhai mengaku "khawatir" dengan potensi konflik darat berskala besar dan konflik bersenjata yang bisa menyebar ke negara-negara tetangga.
Dia memastikan China akan melanjutkan komunikasi yang erat dengan semua pihak dalam komunitas internasional demi terciptanya perdamaian.
Sebelumnya, dalam acara Pertemuan Puncak Perdamaian di Kairo, Mesir, Minggu (22/10/2023), Zhai menyerukan “gencatan senjata segera dan diakhirinya pertempuran secepat mungkin”.
"China percaya bahwa kekerasan bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah dan menanggapi kekerasan dengan kekerasan hanya akan mengarah pada lingkaran setan balas dendam,” kata Zhai, dikutip dari Al Jazeera.
Baca Juga: 18 Jurnalis Palestina Terbunuh di Gaza Gegara Serangan Israel, Pelanggaran Berat Hukum Internasional
Beijing memelihara hubungan baik dengan Israel tetapi juga mendukung perjuangan Palestina selama beberapa dekade terakhir.
Zhai sedang melakukan kunjungan diplomatik ke Timur Tengah untuk mencoba mengamankan jalan bagi bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza dan berupaya mendesak gencatan senjata.
Utusan China itu juga telah melakukan panggilan telepon dengan menteri luar negeri dari negara-negara termasuk Palestina dan Israel, serta perwakilan PBB dan Uni Eropa.
Zhai memastikan China sudah dan akan terus memberikan bantuan darurat kepada warga Palestina melalui PBB dan saluran bilateral untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan.
Diketahui, perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir dibuka pada akhir pekan lalu bagi 17 truk pengangkut bantuan medis, makanan, dan air, masuk Jalur Gaza, wilayah Palestina di mana sekitar 2,3 juta orang terjebak akibat blokade Israel sejak 2007.
Thomas White dari badan PBB yang menangani urusan pengungsi di Palestina, UNRWA, mengatakan, yang paling dibutuhkan saat ini adalah bahan bakar.
"Tidak ada bahan bakar yang masuk Gaza. Bahan bakar sangat kritis saat ini, kami membutuhkannya untuk menjaga operasional bantuan tetap berjalan," ungkapnya, dikutip Al Jazeera.
Badan-badan bantuan mengatakan pengiriman bantuan ke Gaza harus dilakukan secara konsisten karena bantuan yang masuk saat ini, "hanya tetesan di tengah lautan" dan tidak memenuhi kebutuhan 2,3 juta warga Gaza.
Sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023 saat Hamas melakukan serangan ke Israel yang telah menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan 200 orang lebih disandera, Israel membombardir wilayah Gaza yang didudukinya sejak 1967.
Berbagai wilayah di Gaza menjadi target pemboman dan hingga saat ini setidaknya 4.651 warga Palestina tewas.
Baca Juga: Peringatan Keras Iran ke Israel: Timur Tengah Bisa Lepas Kendali jika Serangan ke Gaza Tak Usai
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.