GAZA, KOMPAS.TV - Daerah selatan Jalur Gaza yang dinyatakan sebagai "zona aman" oleh militer Israel tetap dibombardir pada Kamis (19/10/2023) pagi waktu setempat.
Penduduk Jalur Gaza pun mengaku khawatir karena merasa tidak ada tempat aman di tengah bombardir Israel.
Israel mengebom sebuah gedung permukiman di Khan Yunis, kota di selatan Jalur Gaza yang ditempati ratusan ribu warga Palestina.
Pihak Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis melaporkan, terdapat 12 korban tewas dan 40 terluka yang diterima pihak rumah sakit dari lokasi serangan.
Sebelumnya, militer Israel memerintahkan lebih dari satu juta penduduk di utara Gaza mengungsi ke selatan.
Israel menyebut daerah selatan akan menjadi "zona aman" untuk penduduk.
Baca Juga: Yahudi Amerika Demo Tuntut Gencatan Senjata Israel di Kongres AS, 500 Orang Ditangkap
Namun demikian, serangan Israel tetap menyerang daerah selatan tersebut dan meratakan gedung permukiman.
Banyak penduduk dikhawatirkan masih terjebak di reruntuhan saat serangan ke Khan Yunis pada Kamis (19/10) ini.
Militer Israel mengklaim menargetkan milisi atau infrastruktur Hamas.
Pihak Tel Aviv menuduh milisi Hamas bersembunyi di antara penduduk Palestina.
Selain Khan Yunis, gedung permukiman di Deir Al-Balah, tengah Gaza turut dibombardir Israel pada Rabu (18/10) malam waktu setempat.
Serangan ini mengubur sekitar 20 perempuan dan anak-anak dari sebuah keluarga.
Salah satu korban dalam serangan tersebut adalah Hiam Musa, adik ipar jurnalis Associated Press, Adel Hana.
Pihak keluarga mengaku belum tahu siapa saja yang tertimbun.
"Ini tidak masuk akal. Kami pergi ke Deir Al-Balah karena di sini tenang. Kami pikir kami akan aman," kata Hana.
Sementara di utara Gaza, militer Israel juga membombardir tiga gedung permukiman di daerah Al-Zahra.
Pihak Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang dipimpin Hamas melaporkan, bombardir Israel telah menewaskan 3.785 orang di Gaza hingga Kamis (19/10) ini.
Mayoritas korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Hampir 12.500 orang juga terluka akibat bombardir Israel.
Di sisi lain, Israel melaporkan terdapat lebih dari 1.400 orang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Milisi Hamas pun dilaporkan menculik sekitar 200 orang.
Pihak Israel dilaporkan kini sepakat untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan ke Gaza pada Rabu (18/10).
Namun, bantuan awal yang boleh dikirimkan dari Mesir hanya sejumlah 20 truk.
Keputusan itu diambil Israel usai Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menemui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Biden menemui Netanyahu usai Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Kota Gaza dibom hingga menewaskan 471 orang.
Pengeboman rumah sakit tersebut menuai kecaman internasional. Berbagai pihak menuduh Israel menyerang rumah sakit itu.
Netanyahu mengaku tidak akan menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza yang diblokade total sejak 7 Oktober lalu.
PM Israel itu menyebut pengiriman pangan, air, dan obat-obatan dibolehkan selama untuk warga sipil di selatan Gaza.
Tetapi, Netanyahu tidak menyinggung tentang bahan bakar yang dibutuhkan rumah sakit-rumah sakit di Gaza.
Sistem kesehatan di Gaza terancam kolaps karena tiadanya listrik akibat blokade total Israel.
Saat ini, terdapat lebih dari 200 truk dan sekitar 3.000 bantuan yang mengantre dekat perbatasan Gaza-Mesir.
Pengiriman bantuan pun mesti menunggu perbaikan jalan ke penyeberangan yang dibombardir Israel.
Baca Juga: Jokowi Kecam Kekerasan di Gaza: Indonesia Tidak Akan Tinggal Diam, Bangun Solidaritas Global
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.