KAIRO, KOMPAS.TV - Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi menyatakan negaranya menolak apa yang ia sebut sebagai upaya memaksa warga Palestina di Gaza untuk pindah ke Semenanjung Sinai Mesir, Rabu (18/10/2023). Pasalnya, pemerintah Mesir menilai pengepungan Israel terhadap Gaza sebagai skema pemusnahan Palestina dengan mengusir warga Palestina ke Mesir.
Dalam konferensi pers bersama di Kairo dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, el-Sissi mengatakan, memindahkan warga Palestina ke Sinai di Mesir juga akan membahayakan perdamaian negaranya dengan Israel.
"Kami menolak upaya pemusnahan Palestina dan pengusiran warga Palestina ke Sinai," kata pemimpin Mesir tersebut.
El-Sissi menambahkan, bila hal itu terjadi, Sinai akan dijadikan tempat peluncuran serangan terhadap Israel, yang pada gilirannya akan berimbas mengkambinghitamkan Mesir.
El-Sissi mengusulkan agar Israel memindahkan warga Palestina ke Negev di Israel hingga Israel mengakhiri misi menghancurkan kelompok Hamas.
Abdel-Fattah el-Sissi menyatakan tiga hari berkabung nasional untuk korban ledakan di Rumah Sakit Al-Ahli dan warga Palestina lainnya yang tewas dalam perang antara Hamas dan Israel yang sedang berlangsung.
Dalam pernyataan di media sosial, El-Sissi menuding Israel berada di balik ledakan mematikan di rumah sakit di Kota Gaza itu.
Baca Juga: Israel Bom Rumah Sakit, Sekolah PBB, Toko Roti, Kamp Pengungsi dalam 24 Jam, Ratusan Tewas di Gaza
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyatakan ledakan di rumah sakit tersebut menewaskan ratusan warga Palestina, banyak di antaranya yang mencari perlindungan dari serangan udara Israel.
Perang yang dimulai pada Sabtu 7 Oktober lalu itu menjadi yang paling mematikan di antara lima perang di Gaza bagi kedua belah pihak. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 2.778 warga Palestina tewas dan 9.700 terluka. Itu sebelum ledakan di Rumah Sakit al-Ahli pada Selasa malam.
Sebanyak 1.200 orang di seluruh Gaza diyakini tertimbun di bawah reruntuhan, entah masih hidup atau sudah meninggal. Lebih dari 1.400 orang di Israel tewas, dan setidaknya 199 orang lainnya, termasuk anak-anak, ditawan oleh Hamas dan dibawa ke Gaza, menurut otoritas Israel.
Tidak ada bantuan kemanusiaan atau orang yang melintasi perbatasan Rafah pada Rabu pagi, kata seorang pejabat Mesir. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonimitas karena tidak diizinkan berbicara dengan media.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan Rafah tidak dibuka karena kerusakan yang disebabkan oleh serangkaian serangan udara Israel di jalan akses yang menghubungkan sisi Mesir dan Gaza di perbatasan.
"Perlintasan Rafah selama beberapa hari terakhir telah dibom empat kali," kata Shoukry. "Salah satunya saat kami mencoba memperbaiki beberapa kerusakan. Empat pekerja Mesir terluka."
Pihak berwenang perbatasan Hamas tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang hal tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.