GAZA, KOMPAS.TV - Rumah sakit-rumah sakit di Gaza mulai kehabisan bahan bakar untuk menghidupkan generator listrik seiring blokade total Israel yang dilangsungkan sejak akhir pekan lalu. Banyak pasien Palestina terancam karena bergantung pada peralatan rumah sakit yang menggunakan listrik.
Di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, bahan bakar untuk generator mulai menipis pada hari kedelapan gempuran Israel ke Gaza. Ruang ICU di rumah sakit terbesar kedua di Gaza itu dipenuhi pasien, kebanyakan anak berusia di bawah 3 tahun.
Baca Juga: Peringatan PBB: Israel Lakukan Pembenaran untuk Pembasmian Etnis dengan Dalih Pembelaan Diri
Konsultan instalasi perawatan kritis Rumah Sakit Nasser, dr. Muhammad Qandil menyebut stok bahan bakar rumah sakit diperkirakan habis pada Senin (16/10/2023) besok. Ia menyebut banyak pasien terancam kehilangan nyawa jika listrik habis.
Ratusan pasien dengan luka akibat ledakan mendatangi rumah sakit selama delapan hari berturut-turut, katanya. Ia menyebut banyak pasien mengalami cedera parah dan rumit sehingga memerlukan perawatan intensif.
"Bedanya eskalasi kali ini adalah kami tidak punya bantuan medis dari luar. Perbatasan ditutup, listrik mati, dan ini menimbulkan bahaya besar bagi pasien-pasien kami," kata Qandil kepada Associated Press, Minggu (15/10).
Qandil menuturkan bahwa terdapat 35 pasien ICU di rumah sakit itu yang bergantung pada ventilator. Sedangkan 60 pasien lain bergantung pada alat dialisis.
Apabila listrik rumah sakit padam, Qandil menyebut "seluruh sistem kesehatan akan mati, layanan (kesehatan) akan lumpuh."
"Kita bicara tentang katastrofi yang lain, kejahatan perang yang lain, sebuah tragedi bersejarah. Semua pasien ini terancam kematian jika listrik padam," katanya.
Militer Israel memerintahkan sekitar 1,1 juta penduduk utara Gaza untuk berpindah ke selatan jelang serangan darat potensial ke Gaza. Namun, banyak penduduk Palestina dan lembaga kemanusiaan menolak untuk pergi.
Kepala pediatrik Rumah Sakit Kamal Alwan di utara Gaza, dr. Hussam Abu Safiya menyebut tidak mungkin mengevakuasi pasien ke selatan enklav tersebut. Ia menyatakan bahwa proses perjalanan akan membahayakan nyawa para pasien.
"Mereka meminta kami mengevakuasi rumah sakit, tetapi kami tidak menjawab perintah itu karena mengevakuasi rumah sakit berarti kematian bagi semua anak-anak dan pasien yang kami rawat," kata Hussam.
"Kami tidak akan mengevakuasi rumah sakit walau harus menebusnya dengan nyawa kami," ujarnya, sembari menambahkan trdapat tujuh bayi baru lahir yang dirawat dengan ventilator di rumah sakit tersebut.
Baca Juga: Janji Kementerian Kesehatan Palestina Tak Akan Tinggalkan Rumah Sakit Gaza, Tak Takut Ancaman Israel
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.