WASHINGTON, KOMPAS.TV - Insiden aneh hilangnya pesawat tempur siluman F-35 milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) saat sedang mengudara diakhiri dengan ditemukannya bangkai pesawat pada pekan ini.
Belakangan ini, rekaman percakapan membingungkan dari pilot pesawat dan dua orang lain pada saat kejadian sedikit menyingkap insiden aneh tersebut.
Rekaman audio panggilan nomor darurat 911 yang dibuka pada Kamis (21/9/2023) menunjukkan situasi aneh tepat setelah F-35 menghilang di udara.
Rekaman ini melibatkan tiga pihak, semuanya tidak dinamai. Mereka yakni seorang pilot yang tidak tahu pesawat yang ditumpanginya hilang ke mana, seorang penduduk yang menjelaskan bahwa seorang pilot mendarat di rumahnya, dan seorang operator 911 yang kebingungan dengan telepon mereka.
Pilot itu terlempar keluar kokpit di langit Charleston Utara, negara bagian Carolina Selatan pada Minggu (17/9). Ia berhasil membuka parasut dan mendarat di halaman belakang rumah seorang penduduk.
Pemilik rumah kemudian mendapati si pilot dan menelepon 911 untuk meminta ambulans. "Ada pilot di rumah, saya kira dia mendarat di halaman belakang, kami ingin tahu apakah kami bisa dikirimi ambulans ke rumah, minta tolong," kata pemilik rumah.
Baca Juga: Puing-Puing Jet Tempur Siluman F-35 yang Hilang Ditemukan
Pilot yang mengaku berusia 47 tahun itu kemudian ganti berbicara di sambungan. Ia mengaku merasa baik-baik saja setelah jatuh dari ketinggian 600 meter.
Hanya saja, kata pilot itu, punggungnya terasa sakit. Pemilik rumah juga mengatakan bahwa sang pilot terlihat baik-baik saya.
"Bu, sebuah jet tempur kecelakaan. Saya pilotnya. Kami butuh bantuan. Saya tidak yakin di mana pesawatnya. Itu bisa saja jatuh di suatu tempat. Saya terlempar keluar," kata pilot itu.
Pilot itu pun berbicara sekali lagi untuk meminta pertolongan medis.
"Bu, saya pilot sebuah pesawat tempur dan saya terlempar keluar. Jadi saya pakai parasut hingga sampai daratan. Bisakah Anda mengirim ambulans?" kata pilot itu.
Dalam sebuah rekaman panggilan 911 yang lain, seorang petugas berusaha menjelaskan kasus "seorang pilot terjun payung", tetapi tidak menyinggung hilangnya pesawat atau "kecelakaan." Petugas itu sebatas mengatakan, "pilot tidak melihat (pesawat) lagi saat turun karena cuaca."
Petugas itu juga mengaku sempat mendengar "suara keras" sekitar 25 menit sebelum suara lain "seperti tornado, mungkin sebuah pesawat."
Korps Marinir AS, tempat pilot F-35 yang hilang tersebut bertugas, menyebut pilot itu merupakan seorang penerbang berpengalaman, telah bertugas di kokpit pesawat selama berdekade-dekade.
Pihak berwenang melaporkan bahwa pesawat siluman F-35 itu hilang dan jatuh karena malfungsi. Malfungsi ini membuat pilot terlempar keluar dan terjun payung di area penduduk.
Korps Marinir AS menyebut jet itu terbang sejauh 100 kilometer tanpa pilot dengan ketinggian sekitar 300 meter. Jet siluman itu kemudian jatuh di daerah perdesaan. Bangkai pesawat baru ditemukan sehari setelah kejadian.
Dugaan sementara Korps Marinir, jet F-35 tersebut bisa hilang karena fitur darurat yang ditujukan untuk melindungi pilot dalam keadaan aktif. Jet itu disebut memiliki fitur pengaman komunikasi yang akan aktif jika pilot melontarkan diri dari kokpit. Fitur ini bertujuan untuk melindungi lokasi pilot dan sistem rahasia pesawat.
"Umumnya, pesawat dilacak via radar dan kode-kode transponder. Setelah pilot terlontar, pesawat ini (F-35) didesain untuk menghapus seluruh komunikasi aman," demikian pernyataan Korps Marinir AS dikutip Associated Press, Kamis (21/9).
Dalam kasus pilot keluar kokpit, pesawat F-35 disebut akan menyiarkan sinyal untuk identifikasi diri sebagai kawan atau musuh. Namun, sinyal ini belum tentu bisa dilacak, tergantung faktor cuaca, ketinggian pesawat, dan lingkungan sekitar.
Selain itu, Korps Marinir menyebut cuaca badai dan awan rendah saat kejadian turut mengganggu pencarian pesawat.
"Ditambah kapabilitas siluman F-35, pelacakan jet ini harus dilakukan dengan cara-cara non-tradisional," demikian tulis Korps Marinir.
Mengenai pesawat yang tetap terbang tanpa pilot, Korps Marinir menyebut hal ini mungkin disebabkan perangkat kontrol otomatis F-35 yang menjaga penerbangan pesawat tetap stabil dalam kondisi tanpa pilot.
"Jika jet itu terbang dengan ketinggian stabil, jet itu akan berusaha tetap di situ. Jika itu sedang naik atau turun, jet itu akan memasuki situasi 1G saat naik atau turun hingga diperintah untuk melakukan hal lain," kata Korps Marinir.
"Ini didesain untuk menyelamatkan pilot kami jika mereka lumpuh atau kehilangan keawasan situasional."
Insiden hilang dan jatuhnya pesawat F-35 ini masih dalam proses penyelidikan. Proses penyelidikan tersebut bisa berlangsung berbulan-bulan hingga hasil final.
Baca Juga: Pindad Eskpor Amunisi 2 Kontainer Setiap Bulan ke Amerika, Targetkan Pendapatan Rp27 T di 2023
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.