SYDNEY, KOMPAS.TV - Survei Yayasan Olahraga Australia menemukan hampir separuh atlet terbaik negara itu melarat, dengan pendapatan di bawah ambang garis kemiskinan nasional dengan pendapatan tahunan kurang dari 23.000 dolar Australia, sekitar 15.000 dolar AS atau Rp228 juta per tahun.
Yayasan tersebut, yang merilis hasil survei pada Rabu (30/8/2023), mengungkapkan, Australia berisiko kehilangan bakat-bakat terbaik jelang acara-acara olahraga internasional utama jika tidak meningkatkan dukungan keuangan bagi para atletnya.
Survei Yayasan Olahraga Australia (ASF) mewawancarai 2.304 atlet, dan 600 di antaranya berada pada tingkat elite atau internasional, yang berasal dari 60 cabang olahraga.
Survei ini menyoroti tekanan finansial yang disebabkan oleh biaya yang meningkat untuk berkompetisi, terutama biaya perjalanan, akomodasi, dan peralatan. Para atlet juga mengatakan mereka kesulitan menghasilkan pendapatan selama fokus pada olahraga internasional.
Dua dari tiga atlet internasional Australia yang berusia antara 18 hingga 34 tahun mempertimbangkan untuk berhenti dari olahraganya, temuan survei ini menunjukkan, seperti dilansir Associated Press, Rabu (30/8).
Satu dari dua atlet yang bertujuan untuk berkompetisi dalam Commonwealth Games 2026 mempertimbangkan untuk meninggalkan olahraganya, begitu juga dengan 43% dari mereka yang berusaha menuju Olimpiade 2032 di Brisbane.
Survei ini juga menemukan lebih dari 40% atlet mengalami kondisi finansial yang lebih buruk dibandingkan setahun sebelumnya, dan lebih dari seperempat dari mereka mengalami penurunan kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.
Baca Juga: Atlet Australia Hancurkan Tempat Tidur di Fasilitas Olimpade, Hanya Minta Maaf dan Tak Dihukum
Mantan perenang Olimpiade dan juara dunia, Bronte Campbell, yang kini pensiun, mengatakan, biaya terbesar yang dia tanggung selama karirnya adalah yang terkait dengan cedera. Meskipun saat itu ada dukungan finansial bagi cederanya, katanya, biaya-biaya lainnya segera mulai melebihi dukungan finansial yang diterimanya.
Para atlet Australia harus menghadapi tekanan finansial yang khusus bagi mereka, serta tekanan yang memengaruhi masyarakat umum, termasuk harga sewa dan hipotek, katanya.
"Jika Anda memenangkan medali emas Olimpiade, Anda akan mendapatkan bonus medali, yang harganya tidak sejuta dolar, seperti yang pernah ditanyakan seseorang kepada saya," kata Campbell. Dia meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 dan Olimpiade Tokyo 2020.
"Jumlahnya jauh lebih sedikit dari itu," kata Campbell. "Tetapi mencoba mencukupi kebutuhan antara Olimpiade dan antara waktu-waktu ketika Anda punya performa tinggi... Pasti ada tahun-tahun di mana jika saya tidak berhasil pada tahun sebelumnya, saya tidak tahu bagaimana saya akan bisa mengaturnya."
CEO Komite Olimpiade Australia, Matt Carroll, mengatakan hasil survei ini mengungkapkan kekurangan pendanaan kembali pada tingkat individu.
"Tekanan finansial, dampak terhadap kesehatan mental atlet, dan risiko atlet keluar dari olahraga mereka sebagai konsekuensinya, adalah hal yang sangat mengkhawatirkan," kata Carroll. "Kami bekerja sama dengan pemerintah dan Komisi Olahraga Australia untuk merancang model investasi olahraga yang baru.
"Ketika kami melihat ke masa depan, terutama Brisbane 2032, kita tidak bisa membiarkan para atlet muda inspiratif ini meninggalkan impian mereka."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.