CANBERRA, KOMPAS.TV - Pada 14 Oktober 2023 mendatang, warga Australia akan memberikan suara dalam referendum yang akan menyisipkan dalam konstitusi negara, mekanisme bagi suku-suku pribumi untuk memberikan nasihat kepada Parlemen mengenai kebijakan-kebijakan yang memengaruhi kehidupan mereka. Mekanisme ini dikenal sebagai Suara Pribumi.
Para pendukung berpendapat, menyematkan Suara Pribumi dalam konstitusi akan mengakui tempat istimewa yang dimiliki suku-suku pribumi dalam sejarah Australia sambil mereka memberikan masukan dalam kebijakan pemerintah.
Namun, para penentang berpendapat ini akan menjadi perubahan terbesar dalam demokrasi Australia sepanjang sejarah negara ini dan akan memecah belah masyarakat Australia berdasarkan garis rasial tanpa mengurangi ketidaksetaraan suku-suku pribumi.
Saat referendum pertama Australia dalam satu generasi ini makin dekat, dukungan lintas partai yang dianggap penting untuk berhasil mengubah konstitusi belum muncul dan para pemimpin pribumi tetap berselisih.
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai isu-isu kunci di belakang referendum ini:
Baca Juga: Australia Ubah Lagu Kebangsaan, Sejarah Panjang Kaum Pribumi Jadi Alasan
Australia terbilang negara yang tidak biasa di antara bekas koloni Inggris lainnya lantaran tidak ada perjanjian yang pernah ditandatangani dengan penduduk asli negara ini. Orang-orang Aborigin di daratan Australia punya budaya yang berbeda dari Orang Kepulauan Torres yang berasal dari kepulauan di lepas pantai timur laut. Oleh karena itu, populasi asli Australia dikenal secara kolektif sebagai orang Aborigin dan Kepulauan Torres.
Mereka menyumbang 3,8% dari populasi Australia pada tahun 2021, meningkat 23,2% dalam lima tahun, menurut Badan Statistik Australia. Beberapa mengatakan penurunan stigma mendorong lebih banyak warga Australia untuk mengakui warisan Aborigin mereka. Yang lain mengatakan akar budaya pribumi diaku-aku demi mendapatkan manfaat pemerintah yang ditujukan untuk mengatasi ketidaksetaraan suku-suku pribumi.
Orang-orang pribumi Australia adalah kelompok etnis yang paling terpinggirkan di Australia.
Pria pribumi punya harapan hidup 71 tahun dan perempuan pribumi 75 tahun. Ini adalah 8,6 tahun lebih pendek daripada pria Australia lainnya dan 7,8 tahun lebih pendek daripada perempuan Australia lainnya.
Pada hari referendum, warga negara Australia dewasa akan diminta memberikan suara 'ya' atau 'tidak' atas satu pertanyaan: "Usulan Hukum: untuk mengubah Konstitusi guna mengakui Orang Asli Australia Pertama dengan membentuk Suara Orang Aborigin dan Kepulauan Torres. Apakah Anda menyetujui perubahan usulan ini?"
Jika jawabannya "ya", konstitusi akan ditulis ulang untuk menyatakan Suara Pribumi "dapat menyampaikan representasi" kepada Parlemen dan pemerintah eksekutif "menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan orang Aborigin dan Kepulauan Torres."
Para pendukung berpendapat tidak akan ada hak veto orang pribumi atas kebijakan pemerintah dan para pembuat undang-undang akan bebas untuk mengabaikan representasi Suara Pribumi.
Namun, para penentang berargumen pengadilan mungkin akan menafsirkan kekuatan konstitusi Suara Pribumi dengan cara yang tidak dapat diprediksi, menciptakan ketidakpastian hukum.
Belum jelas siapa yang akan menjadi bagian dari Suara Pribumi dan bagaimana mereka akan terlibat. Para pendukung berpendapat bahwa Suara Pribumi akan mencakup orang-orang pribumi Australia dari kedelapan negara bagian dan wilayah, Kepulauan Torres, serta komunitas-komunitas terpencil dan daerah-daerah regional.
Anggota akan dipilih oleh orang-orang pribumi lokal dan akan bertugas untuk jangka waktu tertentu.
Parlemen akan "memiliki kekuatan untuk membuat undang-undang mengenai komposisi, fungsi, kekuatan, dan prosedur" dari Suara Pribumi, demikian bunyi konstitusi.
Baca Juga: Kepala Suku Pribumi Brasil Ini Kirim Surat ke Macron Minta Tolong Selamatkan Hutan Amazon
Komisi Pemilihan Australia mulai mengirimkan brosur kepada para pemilih yang ditulis oleh pembuat undang-undang yang memaparkan argumen mendukung pemungutan suara "ya" dan "tidak."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.