KIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy telah menjanjikan pembalasan setelah tembakkan Ruisal Rusia ke Kherson tewaskan tujuh orang termasuk bayi.
Seroang bayi berusia 22 hari dilaporkan menjadi salah satu korban penembakan rudal Rusia ke Kherson, Minggu (13/8/2023).
Selain korban tewas, setidaknya 22 orang dilaporkan terluka karena serangan tersebut dan membuat pejabat setempat menyatakan Senin (14/8/2023), sebagai hari berkabung nasional.
Bayi yang belum sebulan itu tewas bersama saudaranya yang berusia 12 tahun, yang tewas setelah cedera parah di rumah sakit, dan juga ibu mereka, Olesia yang berusia 39 tahun.
Baca Juga: Arab Saudi Tunjuk Dubes Pertama untuk Palestina, Israel Tak Izinkan Misi Diplomatik di Yerusalem
Ketiganya merupakan bagian dari lima korban jiewa di Desa Shyrika Balka.
Sementara itu, Gubernur Oleksandr Prokudin, dua orang lainnya terbunuh di desa Stanislav tetangga dari Desa Shyrika Balka.
Dilanisr dari London Evening Standard, Zelenskyy mengutuk serangan brutal tersebut dalam pernyataannya.
Ia mengatakan pada pukul 6 malam, ada 17 laporan serangan di wilayah Kherson hanya pada hari Minggu.
Serangan penembakan rudal itu juga terjadi di Mykolaiv, Zaporizgzgia, Donbas, Kharkiv dan di area perbatasan Ukraina paling utara.
“Tidak ada hari ketika kejahatan Rusia tidak menerima tanggapan kami yang sepenuhnya adil,” dalam pidato video malamnya.
Ia menyebutkan beberapa target Rusia oleh Ukraina, termasuk penjajah, peralatan, depot dan Jembatan Kerch, yang menghubungkan Krimea yang diduduki dengan Rusia, sebagai bukti bahwa Ukraina tak akan membiarkan kejahatan Rusia tidak terjawab.
Baca Juga: Terungkap Alasan Banyaknya Korban Jiwa Kebakaran Hutan Hawaii, Sosok Ini Merasa Bertanggung Jawab
Kiev mengambilalih bagian Kherson dari pendudukan Rusia, November lalu.
Tetapi tentara Rusia terus melakukan penembakan dari area di sekitar Sungai Dnipro.
“Para teroris tak akan berhenti membunuhi masyarakat sipil,” ujar Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko di postingan Telegram.
“Para teroris harus dihentikan. Dengan kekerasan. Mereka tak mengerti cara lainnya,” lanjut Klymenko.
Sumber : London Evening Standard
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.