BAMAKO, KOMPAS.TV - Ketakutan junta militer Niger bakal bekerja sama dengan Wagner terus didengungkan.
Ketakutan itu kian besar setelah salah satu perwira yang ikut melakukan kudeta militer Jenderal Salifou Mody, bertemu dengan sekutu pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, dan Presiden transisional Mali, Assimi Goita.
Goita menjamu Mody dan delegasi militer Niger di Bamako, Mali, Rabu (2/8/2023).
Dikutip dari CNN, Kepresidenan Mali mengungkapkan Mody menyebut pertemuan tersebut sebagai bagian penting dari konteks regional yang kompleks.
Baca Juga: Kudeta Militer Niger Buat AS Evakuasi Parsial Staf Kedutaan Besarnya, Namun Tetap Beroperasi
Selain itu, Mody juga berterima kasih kepada otoritas Mali atas dukungan dan pendampingan mereka sejak perebutan kekuatan oleh CNSP, yang mengacu pada Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air, di mana Mody adalah wakil presiden.
Ratusan pasukan tentara bayaran Rusia, Wagner ditempatkan di Mali yang merupakan undangan dari junta militer negara tersebut.
Keberadaan mereka adalah untuk menghadapi perlawanan permberontakan kelompok ekstremes Islam yang terjadi di daerah perbatasan Mali, Burkina Faso dan Niger.
Prigozhin sendiri merayakan kudeta yang terjadi di Niger, bahkan menegaskan perusahaan militernya bisa membantu memperbaiki situasi.
Amerika Serikat (AS) melihat dan memperingatkan Wagner akan mencari kesempatan baru untuk beroperasi di Niger.
Baca Juga: Anak Presiden Kolombia Ditangkap karena Diduga Cuci Uang Bandar Narkoba, Mungkinkah Seret Bapaknya?
“Saya tak kaget jika Wagner akan berusaha mengeksploitasi situasi ini untuk kepentingan mereka, seperti mereka berusaha mengeksplotasi situasi lainnya di Afrika untuk kepentingan mereka,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matt Miller.
Miller menambahkan setiap usaha pemimpin militer Niger membawa pasukan Wagner ke negara itu akan menjadi tanda-tanda bahwa mereka tak memiliki kepentingan terbaik bagi rakyat Niger,” tambahnya.
Sejumlah kelompok Hak Asasi Manusia, menegaskan keterlibatan Wagner telah melakukan kejahatan terhadap populasi sipil di Sudan, Mali dan Republik Afrika Tengah.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.