MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya merangkul negara-negara Afrika dengan janji kebijakan ambisius di tengah isolasi Barat terkait perang Rusia-Ukraina. Putin menawarkan penghapusan utang dan gandum gratis kepada negara-negara sekutunya di Benua Afrika.
Kata Putin, kerja sama antara Rusia dan Afrika diperlukan untuk mempromosikan tatanan dunia multipolar dan melawan "neokolonialisme." Putin dan negara-negara Afrika pun menandatangani deklarasi tentang "tatanan dunia multipolar yang stabil" ketika KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg, Jumat (28/7/2023).
Terdapat perwakilan dari 49 negara, termasuk 17 kepala negara yang hadir dalam KTT tersebut. "Perhatian Rusia kepada Afrika terus bertumbuh," kata Putin dalam konferensi itu sebagaimana dikutip Al Jazeera, Jumat (28/7).
Vladimir Putin menjanjikan gandum gratis kepada enam negara Afrika dan menegaskan Moskow berupaya menghindari krisis pangan global sehubungan cabutnya Rusia dari kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam. Pemimpin Rusia itu juga berjanji akan menghapus utang-utang yang dimiliki Afrika.
Baca Juga: Putin dan Pemimpin Afrika Deklarasi Lawan Neokolonialisme, Standar Ganda, Inginkan Dunia Multipolar
Putin menyebut Benua Afrika sebagai "pusat kekuatan baru, peran ekonomi dan politiknya berkembang pesat." "Semua orang pada akhirnya akan mengakui realitas ini," kata Putin.
Jurnalis Al Jazeera yang menghadiri KTT di St. Petersburg, Ali Hashem, menyebut Rusia sedang merencanakan sesuatu untuk Afrika. Ia pun menyebut Rusia berencana membangun pembangkit listrik, pabrik, serta menambah misi diplomatik di benua tersebut.
"Rusia ingin mendapatkan sekutu Afrika. Inilah mengapa mereka terus menambah inisiatif terkait Afrika, hingga taraf yang diinginkan Presiden Putin, menghidupkan kembali investasi era Soviet di Afrika," kata Hashem.
Dalam KTT tersebut, pemimpin-pemimpin Afrika mendesak Putin segera mengakhiri perang di Ukraina. Pemimpin Afrika juga mendesak Moskow menghidupkan kembali kesepakatan ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam.
"Perang ini harus berakhir. Dan itu hanya bisa berakhir berdasarkan keadilan dan akal sehat," kata Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat.
Baca Juga: Moskow Tuding Kiev Serang Rusia Selatan Sementara Pasukan Kremlin Hantam Bangunan di Ukraina
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.