KIEV, KOMPAS.TV - Pertempuran sengit berkecamuk di tenggara Ukraina, Kamis (27/7/2023). Seorang pejabat Barat mengatakan Kiev telah melancarkan serangan besar-besaran dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan permusuhan telah meningkat secara signifikan.
Pertempuran dalam beberapa pekan terakhir telah terjadi di beberapa titik di sepanjang garis depan lebih dari 1.000 kilometer, saat Ukraina melancarkan serangan balasan dengan senjata yang dipasok dari negara-negara Barat dan pasukan terlatih Barat melawan pasukan Rusia yang menginvasi sejak 17 bulan lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberi selamat kepada pasukannya karena telah merebut kembali kendali atas sebuah desa, sementara Putin memuji "kepahlawanan" pasukan Rusia dalam menangkis serangan di Zaporizhzhia.
Dalam siaran TV pemerintah, Putin bersikeras bahwa dorongan pasukan Ukraina tidak berhasil dan menuduh bahwa Ukraina menderita banyak korban, meskipun klaim itu tidak dapat diverifikasi. Saat serangan terjadi, Putin berada di St. Petersburg dalam pertemuan puncak para pemimpin Afrika.
Baca Juga: Putin Klaim Pertempuran di Tenggara Ukraina Makin Sengit, Kiev Menderita Kerugian Besar
Ukraina telah mengirim ribuan pasukan di wilayah itu dalam beberapa hari terakhir, kata seorang pejabat Barat seperti dikutip dari Associated Press, yang namanya tidak bersedia dikutip.
Seorang pejabat AS mengatakan Ukraina telah mulai mengirimkan pasukan dari Korps ke-10, meskipun tidak diketahui apakah semua anggota unit tersebut ikut bergerak ke medan perang.
Ukraina telah menahan Korps ke-10 sebagai cadangan, dengan harapan akan digunakan untuk mengeksploitasi celah atau titik lemah yang dibuka pasukan darat. Pasukan tambahan baru itu akan digunakan untuk memanfaatkan tempat-tempat di mana pasukan Ukraina mampu menembus beberapa pertahanan Rusia.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan kepada wartawan Pentagon pekan lalu bahwa Ukraina mempertahankan kekuatan tempur mereka dan bahwa sejumlah pasukan yang berjumlah signifikan belum beraksi, karena mempertimbangkan adanya ranjau darat yang disebar Rusia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.