ST. PETERSBURG, KOMPAS.TV - Beberapa pemimpin Afrika tiba di Rusia untuk menghadiri KTT dengan Presiden Vladimir Putin saat Kremlin mencari lebih banyak sekutu di tengah pertempuran di Ukraina.
Putin menyebut KTT selama dua hari yang akan dibuka pada Kamis (27/6/2023) di St. Petersburg sebagai acara penting yang akan membantu memperkuat hubungan dengan benua yang berpenduduk 1,3 miliar orang dan semakin tegas dalam panggung global, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Rabu (26/7/2023).
Pada hari Rabu, Putin bertemu secara terpisah dengan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, dan mengumumkan Rusia akan meningkatkan lebih dari tiga kali lipat jumlah mahasiswa Ethiopia yang akan dijamu dan menanggung biaya pendidikan mereka.
Nanti dalam hari itu, Putin akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sissi.
54 negara di Afrika merupakan kelompok pemilih terbesar di PBB dan lebih terpecah dibandingkan dengan wilayah lainnya dalam mengkritik tindakan Rusia di Ukraina yang dibawa ke Majelis Umum.
Ini adalah KTT Rusia-Afrika kedua sejak tahun 2019, dan jumlah kepala negara yang menghadiri acara tersebut berkurang dari 43 pada tahun 2019 menjadi 17 kali ini karena adanya tekanan kasar dari negara-negara Barat yang mencoba mencegah negara-negara Afrika untuk menghadiri acara tersebut.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengecam campur tangan mencolok dari AS, Prancis, dan negara-negara lain melalui misi diplomatik mereka di negara-negara Afrika, serta upaya untuk memberikan tekanan pada para pemimpin negara-negara tersebut guna mencegah partisipasi aktif mereka dalam forum ini.
"Ini benar-benar menyakitkan hati, tetapi tidak akan menghalangi kesuksesan KTT ini," kata Peskov dalam konferensi pers.
Baca Juga: Kremlin: KTT Rusia-Afrika akan Dihadiri 17 Kepala Negara, Bahas Ekspor Gandum dan Pupuk ke Afrika
Penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, menyatakan meskipun hanya 17 kepala negara yang akan menghadiri KTT ini, 32 negara Afrika lainnya akan diwakili oleh pejabat pemerintah senior atau duta besar.
KTT ini datang setelah Rusia menarik diri dari perjanjian yang memungkinkan ekspor dari Laut Hitam, yang sangat penting bagi banyak negara Afrika. Tindakan ini mendapat kecaman keras dari seluruh dunia dan menimbulkan ancaman baru terhadap keamanan pangan global.
Rusia tidak peduli dengan kritik tersebut dan malah melancarkan serangan misil terhadap pelabuhan dan fasilitas pertanian di Ukraina.
Pada saat yang sama, Putin berulang kali menjanjikan Rusia akan menawarkan gandum secara gratis kepada negara-negara Afrika berpenghasilan rendah setelah perjanjian gandum dengan Ukraina diakhiri.
"Saya ingin memberikan jaminan negara kami mampu menggantikan gandum dari Ukraina baik dalam bentuk komersial maupun secara cuma-cuma," kata Putin dalam pernyataannya hari Senin, dengan menegaskan Rusia mengirim hampir 10 juta ton gandum ke Afrika pada paruh pertama tahun ini.
Selain masalah gandum, isu lain yang kemungkinan akan dibahas dalam KTT ini adalah nasib perusahaan militer Rusia Wagner yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, menyusul pemberontakan singkat perusahaan tersebut terhadap Kremlin bulan lalu.
Masa depan Wagner akan menjadi masalah mendesak bagi negara-negara seperti Sudan, Mali, dan negara-negara lain yang berkontrak dengan kelompok tentara bayaran tersebut sebagai imbalan dari sumber daya alam seperti emas. Pejabat Rusia dan Prigozhin sendiri menyatakan perusahaan tersebut akan terus beroperasi di Afrika.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.