YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Berbagai wilayah di Asia, Eropa, dan Amerika diproyeksikan mengalami suhu udara terpanas yang memecahkan rekor akhir pekan ini. Puluhan juta orang, dari Italia hingga Jepang, diprediksi terdampak fenomena yang terkait pemanasan global tersebut.
Di Amerika Serikat (AS), hampir sepertiga penduduk diprediksi tinggal di wilayah yang menyuarakan peringatan panas ekstrem. Gelombang panas diprediksi semakin memburuk pada akhir pekan ini di negara bagian Nevada, Arizona, hingga California.
Suhu udara di sejumlah wilayah AS diprediksi mencapai lebih dari 48,8 derajat Celsius pada siang hari. Pada malam hari, suhu udara diproyeksikan 32,2 derajat Celsius.
“Kami telah membicarakan gelombang panas yang terus terbentuk sepekan belakangan. Sekarang adalah awal dari periodenya yang paling intens,” demikian peringatan Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) pada Jumat (14/7/2023), dikutip Associated Press.
Sementara itu, gelombang panas di Italia membuat Kementerian Kesehatan menerbitkan kode merah untuk 16 kota, termasuk Roma, Bologna, dan Firenze. Suhu di Roma diperkirakan mencapai 43 derajat Celsius pada Selasa (18/7) besok, memecahkan rekor 40,5 derajat Celsius yang tercatat pada Agustus 2007.
Baca Juga: Bikin Pecah Rekor! Gelombang Panas Mematikan Landa Eropa, sampai 48 Derajat Celsius
Sementara di selatan Italia, yakni di kepulauan Sisilia dan Sardinia, suhu udara diperkirakan mencapai 48 derajat Celsius, dapat menjadi temperatur terpanas yang pernah tercatat di Eropa.
Beberapa negara Eropa lain seperti Yunani, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Polandia juga diperkirakan mengalami suhu panas beberapa hari ke depan.
Di Asia, Jepang diperkirakan mengalami suhu udara mencapai 38-39 derajat Celsius dua hari ke depan. Temperatur di Jepang pun berpotensi memecahkan rekor suhu terpanas yang pernah dicatat di negara itu.
Di Irak, gelombang panas juga menyebabkan temperatur brutal hingga mendekati 50 derajat Celsius. Bahkan, suhu panas membuat Sungai Tigris di dekat Baghdad mengering.
“Dari tahun ke tahun, situasi air di sini semakin buruk,” kata Wissam Abed, warga dekat Sungai Tigris, dikutip The Bangkok Post.
Sementara di China, sejumlah wilayah diterpa gelombang panas dan hujan ekstrem. Hal serupa juga terjadi di India.
Setelah diterpa gelombang panas, wilayah utara India dilaporkan mengalami hujan muson yang menyebabkan bencana dan menewaskan setidaknya 90 orang. Permukiman di pinggir Sungai Yamuna, New Delhi, juga terancam dengan naiknya permukaan air yang memecahkan rekor.
India sendiri dikenal kerap diterpa banjir bandang dan tanah longsor selama musim hujan. Namun, para ahli menilai krisis iklim memperburuk frekuensi dan tingkat keparahannya.
Kendati sulit untuk mengidentifikasi penyebab khusus cuaca ekstem seperti gelombang panas dan hujan muson, para ahli menegaskan bahwa pemanasan global menjadi penyebab intensifikasi fenomena tersebut di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: 78 Tahun Lagi, Negara Tropis Diperkirakan Kerap Hadapi Gelombang Panas ‘Mengerikan’ dan ‘Berbahaya’
Sumber : Associated Press/The Bangkok Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.