LYON, KOMPAS.TV - Badan kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa pemanis buatan aspartam kemungkinan sebagai penyebab kanker, Jumat (13/7/2023). Sementara secara terpisah, kelompok ahli mengatakan aspartam yang kerap digunakan sebagai pengganti gula ini masih aman, jika digunakan dalam jumlah kecil.
Badan kanker WHO yang berbasis di Lyon, Prancis secara berkala meninjau potensi bahaya kanker, tetapi tidak menentukan seberapa besar kemungkinan suatu zat menyebabkan kanker. Evaluasi mereka berkisar dari "kemungkinan" karsinogenik hingga "kemungkinan" penyebab kanker.
Aspartame kini termasuk dalam kategori dengan lebih dari 300 agen penyebab kanker lainnya, seperti ekstrak lidah buaya dan pekerjaan pertukangan.
Baca Juga: Waspada Zat Pemanis! Tingkat Kematian akibat Gagal Ginjal Akut pada Anak Capai 57,6 Persen
Namun demikian, panduan penggunaan pemanis buatan hingga kini tidak berubah.
“Kami tidak menyarankan konsumen untuk berhenti mengonsumsi (aspartam) sama sekali,” kata direktur nutrisi WHO Dr. Francesco Branca. "Kami hanya menyarankan sedikit penyesuaian," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Aspartam adalah pemanis buatan rendah kalori yang 200 kali lebih manis dari gula. Ini adalah bubuk putih, tidak berbau dan pemanis buatan yang paling banyak digunakan di dunia.
Aspartam disahkan sebagai aditif makanan di Eropa dan AS dan digunakan dalam banyak makanan dan minuman seperti Diet Coke, makanan penutup, permen karet, obat-obatan termasuk obat batuk dan makanan yang dimaksudkan untuk membantu menurunkan berat badan. Aspartam ada dalam pemanis meja yang dijual dengan berbagai merk.
Baca Juga: Penting, Berikut Faktor Risiko dan Penyebab Kanker Prostat
Aspartam disetujui pada tahun 1974 oleh Food and Drug Administration AS dengan asupan harian yang dapat diterima sebesar 50 miligram per kilogram berat badan. Menurut FDA, seseorang dengan berat 60 kilogram perlu mengonsumsi sekitar 75 paket aspartam untuk mencapai tingkat tersebut.
Pakar PBB mengevaluasi keamanan aspartam pada tahun 1981 dan menetapkan batas aman harian sedikit lebih rendah, yaitu 40 miligram aspartam per kilogram.
David Spiegelhalter, seorang profesor statistik emeritus di Universitas Cambridge, mengatakan pedoman tersebut berarti bahwa rata-rata orang aman untuk minum maksimal hingga 14 kaleng minuman diet sehari.
Badan kanker WHO, IARC, mengadakan kelompok ahlinya pada bulan Juni untuk menilai potensi aspartam menyebabkan kanker. Ini mendasarkan kesimpulannya bahwa aspartam "mungkin bersifat karsinogenik" pada penelitian pada manusia dan hewan yang menemukan bukti "terbatas" bahwa senyawa tersebut mungkin terkait dengan kanker hati.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.