Kompas TV internasional kompas dunia

Menhan Rusia Sergei Shoigu Klaim Kiev Kehilangan Lebih dari 26.000 Tentara selama Serangan Balik

Kompas.tv - 12 Juli 2023, 17:16 WIB
menhan-rusia-sergei-shoigu-klaim-kiev-kehilangan-lebih-dari-26-000-tentara-selama-serangan-balik
Sergei Shoigu mengungkapkan klaim Ukraina kehilangan 26.000 tentara dan 3.000 pucuk berbagai jenis senjata berat dan ringan saat serangan balasan yang dimulai 4 Juni, Kerugian pihak lawan sejak tanggal 4 Juni mencapai lebih dari 26.000 personel militer dan 3.000 perlengkapan senjata yang beragam, katanya. (Sumber: TASS)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

MOSKOW, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengungkapkan klaim bahwa Ukraina kehilangan 26.000 tentara dan 3.000 pucuk berbagai jenis senjata berat dan ringan saat serangan balasan yang dimulai 4 Juni.

"Kerugian pihak lawan sejak tanggal 4 Juni mencapai lebih dari 26 ribu personel militer dan 3 ribu perlengkapan senjata yang beragam," katanya.

Menurut Shoigu seperti laporan TASS, Rabu (12/7/2023), pasukan Rusia menghancurkan 21 pesawat, lima helikopter, 1.244 tank dan kendaraan lapis baja lainnya, 17 tank Leopard buatan Jerman, lima tank AMX buatan Prancis, dan 12 kendaraan tempur infanteri Bradley buatan Amerika Serikat (AS) dalam periode yang dilaporkan.

Selain itu, pasukan Rusia juga mengeliminasi 914 peralatan otomotif khusus, dua sistem pertahanan udara, 25 sistem peluncur roket berbagai, 403 meriam lapangan, dan mortir.

Sistem pertahanan udara Rusia berhasil menembak jatuh 176 roket HIMARS, 27 rudal jelajah udara Storm Shadow, dan 483 drone militer Ukraina.

Shoigu menekankan kerusakan yang ditimbulkan pada artileri Ukraina.

"Sekali lagi, saya ulangi, 403 senjata artileri [telah dihancurkan], termasuk 43 meriam artileri buatan Amerika Serikat dan 46 senjata artileri gerak otomatis dari Polandia, Amerika Serikat, dan Prancis," tegas sang Menhan Rusia itu.

Ia menambahkan, pasukan Rusia terus melancarkan serangan terhadap cadangan musuh dan peralatan militer yang dipasok oleh Barat dengan senjata presisi tinggi, sehingga mengurangi potensi serangan dari pasukan bersenjata Ukraina.

Menurut Shoigu, layanan intelijen asing, terutama AS dan NATO, secara cermat mengikuti dan menganalisis operasi tempur Rusia serta mencatat "efektivitas tinggi dari garis pertahanan kami dan ranjau-ranjau pertahanan, pekerjaan profesional dari aviasi militer dan pesawat serang darat yang melakukan serangan pencegahan terhadap target-target pihak lawan."

Baca Juga: Ukraina Merapat ke NATO, Rusia: akan Ada Malapetaka di Eropa sebagai Konsekuensi

Wamenhan Ukraina Hanna Maliar hari Minggu (2/7/2023) mengakui pasukan Rusia justru merangsek maju mendesak pasukan Ukraina di empat front garis depan hari Minggu, (2/7/2023), Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, mengatakan AS sedang mempertimbangkan untuk mengirim bom tandan yang dilarang. (Sumber: Sputnik)

Shoigu juga mengatakan Kiev membesar-besarkan serangan balik mereka sehingga banyak negara yang mengharapkan hasil yang signifikan pada awal pertemuan NATO di Vilnius pada tanggal 11 Juli, kata Shoigu.

"Saya pikir mereka membesar-besarkan masalah serangan balik ini sedemikian rupa, sehingga, jika bukan setengah dunia, setidaknya sepertiga dari dunia menunggu tanggal 11 (Juli) untuk mengevaluasi beberapa hasil yang mereka sebut serangan balik 'strategis'," ujarnya.

Ia menjawab pertanyaan tentang kemungkinan serangan Ukraina di wilayah Zaporozhye dan Crimea, sesuatu yang telah diancam oleh Barat sejak musim semi dan untuk itu Kiev telah diberikan sejumlah besar senjata dan perlengkapan standar NATO.

Penyediaan amunisi berkelompok oleh AS kepada Kiev akan memperpanjang konflik di Ukraina, kata Shoigu kepada wartawan pada Selasa.

"Seluruh dunia sudah melihat mereka [AS] telah memastikan pemberian amunisi berkelompok (bom tandan). Mereka membenarkan ini dengan berbagai cara. Mereka mengatakan, mengingat fakta amunisi kaliber 155 konvensional sudah habis, sehingga sekarang, sampai produksinya dimulai, mereka memutuskan untuk menggantinya dengan amunisi berkelompok ini. Tentu saja, ini akan mempengaruhi perpanjangan konflik," kata menteri tersebut.

"Baik kami, maupun Amerika, maupun Kiev belum bergabung dengan Konvensi tentang Amunisi Berkelompok atau bom tandan. Namun, menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh amunisi tersebut terhadap penduduk sipil, Rusia menahan diri untuk menggunakannya dalam operasi khusus," ujar Shoigu.


"Jika AS menyuplai amunisi berkelompok kepada Ukraina, pasukan bersenjata Rusia akan terpaksa menggunakan senjata serupa terhadap pasukan bersenjata Ukraina sebagai tanggapan. Harus dicatat, Rusia punya amunisi berkelompok yang berbagai macam dan jauh lebih efektif daripada yang dimiliki oleh Amerika, dengan jangkauan yang lebih luas dan beragam," tegasnya.

Menurut menteri tersebut, saat ini komando Pasukan Gabungan di area operasi militer khusus sedang mengambil langkah-langkah organisasi dan teknis tambahan untuk melindungi personel dan peralatan dari unsur-unsur amunisi berkelompok.

 




Sumber : TASS




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x