WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden membela diri atas keputusannya memberikan bom cluster ke Ukraina.
Ia menegaskan meski ini keputusan sulit, namun hal tersebut harus dilakukan.
Bom cluster merupakan bom berbahaya yang telah dilarang di lebih dari 120 negara.
Biden mengungkapkan ia telah mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk melakukan hal itu.
Baca Juga: Sempat Minta Maaf ke Indonesia, PM Belanda Mark Rutte Mundur, Kegegalan Ini Penyebabnya
Tetapi ia menegaskan dirinya harus melakukan hal itu karena Ukraina telah kehabisan amunisi dalam menghadapi invasi Rusia.
“Untuk bagian saya, ini adalah keputusan yang sulit. Saya telah membicarakannya dengan sekutu kami,” kata Biden kepada CNN, Jumat (7/7/2023).
“Ukraina saat ini telah kehabisan amunisi,” tambahnya.
Senjata cluster yang akan dikirim AS ke Ukraina akan cocok dengan Howitzers 155m yang diberikan AS.
Senapan tersebut yang ikut berperan membawa Ukraina memenangkan kembali sejumlah wilayahnya tahun lalu.
Biden mengatakan bom cluster yang dikirim merupakan bagian dari periode transisi hingga AS bisa memproduksi lebih banyak artileri 155m.
Meski ada banyak negara yang melarang bom cluster dibawah Konvensi Amunisi Bom Cluster, AS dan Ukraina tak ikut menandatanganinya.
Baca Juga: Jepang Mau Buang Air Limbah Nuklir ke Laut, China Larang Impor Makanan dari Jepang
Sementara itu pada pengarahannya, Penasihat Keamanan Nasional, Jack Sullivan mengungkapkan pihaknya mengakui bahwa amunisi bom cluster bisa menciptakan risiko menyakiti warga sipil.
“Itu sebabnya kami menahan keputusan ini selama mungkin,” ujar Sullivan.
Sullivan menegaskan Ukraina telah kehabisan artileri dan memerlukan jembatan pasokan.
“Kami tak akan meninggalkan Ukraina tanpa pertahanan pada periode konflik saat ini,” tambahnya.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.