JENIN, KOMPAS.TV - Israel meluncurkan operasi militernya yang paling intens di Tepi Barat dalam hampir dua dekade terakhir, Senin (3/7/2023). Mereka melakukan serangkaian serangan pesawat tak berawak dan mengirim ratusan tentara dalam misi terbuka ke kubu militan. Sedikitnya delapan warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Tindakan keras itu mengingatkan pada taktik militer Israel selama pemberontakan Palestina kedua di awal tahun 2000-an. Peristiwa ini terjadi pada saat ketegangan meningkat karena serangan baru-baru ini terhadap pemukim Israel, termasuk penembakan bulan lalu yang menewaskan empat orang Israel.
Operasi itu berlangsung di kamp pengungsi Jenin, sebuah daerah di Tepi Barat utara yang telah lama dikenal sebagai benteng militan. Pertempuran itu dimulai tak lama setelah tengah malam, kemudian berlanjut hingga dini hari.
Sepanjang hari, asap hitam mengepul dari jalan-jalan kamp yang padat, lingkungan padat penduduk yang menampung sekitar 14.000 orang. Sementara itu baku tembak terdengar dan drone terdengar berdengung di atas kepala. Buldoser militer membajak melalui jalan-jalan sempit, merusak bangunan saat mereka membuka jalan bagi pasukan Israel.
Baca Juga: Israel Luncurkan Serangan Terbesar ke Wilayah Palestina, Kamp Pengungsian Jadi Medan Perang
“Ada buldoser yang menghancurkan jalan-jalan, penembak jitu di dalam dan di atap rumah, drone menghantam rumah dan warga Palestina terbunuh di jalanan,” kata Jamal Huweil, seorang aktivis politik di kamp tersebut, seperti dikutip dari Associated Press.
Militer memblokir lalu lintas masuk dan keluar dari Jenin, dan kota itu kini menyerupai kota hantu. Jalan-jalan kosong saat kendaraan lapis baja Israel berpatroli. Tumpukan ban yang terbakar dan tempat sampah berserakan di bundaran. Pasokan listrik dan air terputus di kamp.
Pemuda Palestina sesekali melempar batu ke kendaraan tentara sebelum melesat pergi.
Baca Juga: Pemimpin Kristen Palestina Ikut Kutuk Pembakaran Al-Quran di Swedia: Kaum Muslim Tak Sendirian
Dengan latar belakang suara tembakan dan ledakan, setidaknya 10 ambulans terlihat bergegas pergi ke rumah sakit lokal. Staf medis pun terlihat kewalahan saat ada kerabat yang datang untuk memeriksa untuk melihat apakah orang yang dicintai ada di dalam. Satu ambulans bahkan tiba di rumah sakit dengan lubang peluru di depannya.
Palestina dan tiga negara Arab yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, yaitu Yordania, Mesir, dan Uni Emirat Arab, mengutuk serangan itu. Begitu pula Organisasi Kerja Sama Islam yang beranggotakan 57 negara.
Senin malam, kepemimpinan Palestina di Tepi Barat mengadakan pertemuan darurat dan mengatakan menghentikan kontak yang sudah terbatas dengan Israel. Para pemimpin mengatakan pembekuan koordinasi keamanan akan tetap dilakukan, dan mereka berjanji untuk meningkatkan aktivitas melawan Israel di PBB dan badan-badan internasional. Mereka juga berencana untuk meminimalkan kontak dengan Amerika Serikat.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.