KIEV, KOMPAS.TV - Panglima militer Ukraina, Jenderal Valry Zaluzhny, kesal dengan Barat karena progres serangan balik masif yang direncakan Kiev kekurangan daya gempur.
Zaluzhny menegaskan pasukannya membutuhkan berbagai perlengkapan, mulai dari jet tempur modern hingga peluru artileri.
Dia mengeluhkan lambatnya pengiriman senjata yang dijanjikan negara-negara Barat. Panglima Ukraina itu menyebut Barat tidak akan mau meluncurkan serangan militer tanpa superioritas di udara, tetapi justru tak kunjung mengirim F-16 yang dijanjikan ke Ukraina.
Baca Juga: Denmark Percepat Pengiriman Jet F-16 NATO ke Ukraina, Perang Bakal Makin Sengit
"Saya tidak butuh 120 pesawat. Saya tidak akan mengancam seluruh dunia. Jumlah (jet tempur) yang sangat terbatas pun cukup," kata Zaluzhny, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Sabtu (1/7/2023).
"Mereka dibutuhkan, tidak ada cara lain. Karena musuh menggunakan armada udara dari generasi berbeda," lanjutnya.
Lebih lanjut, Zaluzhny mengaku selalu berkomunikasi dengan mitra-mitra militernya, termasuk panglima militer Amerika Serikat (AS), Jenderal Mark Milley. Milley disebut sangat paham kebutuhan Ukraina.
Akan tetapi, dia menuturkan, Milley seorang tidak bisa meloloskan kebijakan. Ia pun mengingatkan penundaan bantuan militer bisa berdampak mematikan bagi Ukraina.
"Kami punya kesepakatan, 24/7 kami terus terhubung. Jadi, terkadang saya meneleponnya dan berkata, 'Jika saya tidak mendapat 100.000 peluru artileri dalam sepekan, 1.000 orang akan mati,'" kata Zaluzhny.
"Ini bukan pertunjukan! Ini bukan pertunjukan yang bisa ditonton atau dibuat taruhan oleh seluruh dunia. Setiap hari, setiap meter (teritori) diperebutkan dengan mengorbankan darah," lanjutnya.
Baca Juga: Rusia Klaim Tewaskan 2 Jenderal dan 50 Perwira Ukraina serta Tentara Bayaran Asing di Kramatorsk
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.