NANTERRE, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak orang tua tidak mengizinkan anak remaja mereka keluar rumah untuk meredam kerusuhan yang makin menyebar di Prancis.
Dia juga menyebut media sosial menjadi pemicu kekerasan karena penggunanya meniru kerusuhan di tempat lain.
Setelah koordinasi kedua dengan jajaran menteri senior, Macron pada Jumat mengatakan, media sosial memainkan peran "besar" dalam meluasnya ketidakstabilan yang dipicu oleh penembakan polisi mematikan terhadap seorang remaja berusia 17 tahun, seperti laporan Associated Press, Jumat (30/6/2023).
Ia menginginkan, media sosial seperti Snapchat dan TikTok menghapus konten sensitif dan mengatakan kekerasan dan kerusuhan diorganisir secara online.
Mengenai para perusuh berusia muda Macron mengatakan, "kadang-kadang kita merasa beberapa dari mereka hidup di jalan dalam permainan video yang telah memengaruhi mereka."
Para pengunjuk rasa mendirikan barikade, menyalakan api, dan melemparkan kembang api ke arah polisi.
Aparat pun merespons dengan gas air mata dan meriam air di jalanan Prancis semalam ketika ketegangan meningkat akibat penembakan polisi mematikan terhadap seorang remaja berusia 17 tahun yang telah mengguncang negara itu.
Lebih dari 875 orang ditangkap dan setidaknya 200 petugas polisi terluka ketika pemerintah berjuang untuk mengembalikan ketertiban dalam tiga malam kerusuhan.
Kendaraan polisi lapis baja merusak sisa-sisa mobil yang terbalik dan terbakar di pinggiran kota Paris bagian barat laut, Nanterre, di mana seorang perwira polisi menembak remaja tersebut yang hanya diidentifikasi dengan nama depannya, Nahel.
Baca Juga: Kerusuhan Prancis Meluas, 40 Ribu Polisi Dikerahkan, Macron Gelar Pertemuan Darurat
Seorang kerabat remaja tersebut mengatakan, keluarganya berasal dari keturunan Aljazair. Nahel akan dimakamkan pada Sabtu, menurut Wali Kota Nanterre Patrick Jarry, yang mengatakan negara ini perlu "mendorong perubahan" di lingkungan yang kurang mampu.
"Ada perasaan ketidakadilan di benak banyak penduduk, baik itu tentang prestasi sekolah, mendapatkan pekerjaan, akses ke budaya, perumahan, dan masalah kehidupan lainnya. Saya percaya kita berada pada masa di mana kita perlu menghadapi urgensi (situasi ini)" ujarnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.