NANTERRE, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta platform media sosial seperti Snapchat dan TikTok menghapus konten sensitif di tengah kerusuhan yang semakin meluas di Prancis.
Dilansir dari Associated Press, Jumat (30/6/2023), Macron menilai, media sosial menjadi salah satu penyebab semakin banyaknya remaja yang ikut-ikutan untuk melakukan kekerasan di berbagai wilayah di Prancis.
Ia juga mendesak para orang tua untuk menjaga anak remaja di rumah agar kerusuhan di Prancis bisa mereda, menyusul penembakan yang dilakukan polisi kepada remaja berusia 17 tahun yang tewas di tempat.
"Kadang-kadang kami merasa bahwa beberapa dari mereka hidup di jalanan dengan video game yang telah memabukkan mereka," kata Macron terkait para perusuh remaja yang ikut turun ke jalan.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, remaja berusia 17 tahun yang merupakan sopir delivery atau pengemudi pengiriman ditembak mati oleh polisi di pinggiran kota Paris, Prancis, Selasa (27/6/2023) waktu setempat.
Baca Juga: Kerusuhan Prancis Meluas, 40 Ribu Polisi Dikerahkan, Macron Gelar Pertemuan Darurat
Akibat insiden tersebut, pada Rabu (28/6/2023), suasana kota Paris memanas, dan kericuhan pecah antara masyarakat yang marah dengan polisi.
Masyarakat membakar barikade yang dipasang polisi dan dibalas dengan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Remaja 17 tahun yang ditembak mati polisi itu diketahui bernama Nael M.
Menurut kantor kejaksaan di Nanterre, penembakan itu terjadi saat pemeriksaan lalu lintas. Korban yang terluka usai terkena tembakan kemudian meninggal dunia di tempat kejadian.
Hingga Jumat (30/6/2023), lebih dari 875 orang ditangkap dan sedikitnya 200 petugas polisi terluka saat berupaya meredakan kerusuhan yang terus meluas di Prancis.
Baca Juga: Macron Murka, Penembakan Mematikan Remaja 17 Tahun oleh Polisi di Prancis Tak Termaafkan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.