PARIS, KOMPAS.TV - Sebuah kota kecil di luar Paris, Prancis memberlakukan jam malam setelah kerusuhan atas remaja 17 tahun yang tewas ditembak polisi semakin meluas.
Wali Kota Clamart, sebuah kota kecil yang dihuni 50.000 orang di Paris bahkan sampai memberlakukan jam malam pada Kamis (29/6/2023).
Jam malam tersebut membuat warga kota kecil itu tak bisa keluar rumah sejak pukul 9 malam hingga 6 pagi, mulai dari Kamis hingga Senin (3/7) pekan depan.
Seperti diketahui unjuk rasa dan protes atas kematian Nahel M, remaja 17 tahun yang tewas ditembak polisi di Paris, Selasa (27/6), menyebabkan banyak kerusuhan terjadi di seluruh Prancis.
Baca Juga: Ibu Remaja 17 Tahun yang Tewas Ditembak Polisi di Paris Buka Suara, Sebut Ada Motif Rasialis
Dikutip dari Khaleej Times, di Clamart, sebuah tram dibakar ketika protes terjadi pada Rabu (28/6).
Sebelum, pemimpin wilayah Paris mengatakan layanan bus dan trem dari dan ke Ibu Kota Prancis itu dihentikan sementara sejak Kamis, pukul 9 malam, karena unjuk rasa yang terjadi.
Hal tersebut demi memastikan keselamatan staf dan juga para penumpang.
Pada unjuk rasa tergambarkan kemarahan dari masyarakat terhadap kepolisian Prancis yang secara luas dianggap agresif dan rasis.
Baca Juga: Update Kerusuhan di Prancis: Tembak Remaja hingga Tewas, Kinerja Polisi Disorot
Diperkirakan 6.200 orang berbaris melalui jalan-jalanan Nanterre, tempat Nahel ditembak mati polisi dan juga area kediamannya.
Dipimpin oleh ibunya, Mounia Nahel, yang melakukan perjalanan dengan truk bak datar sambil melambai ke arah massa, protes menjalar dari perumahan keluarga ke kantor polisi.
Di situlah sempat terjadi bentrokan antara polisi dan para pengunjuk rasa.
Polisi anti-huru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa, sementara sekelompok pemuda melamparkan batu dan lainnya.a
Sumber : Khaleej Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.