BANGKOK, KOMPAS.TV - Pejuang antikudeta Myanmar berhasil merebut sejumlah pos perbatasan setelah milisi yang mendukung junta militer membelot dan memihak pemberontak. Kabar ini menggegerkan media negara.
Sejak terjadinya kudeta militer pada tahun 2021, negara ini dilanda pertempuran yang meluas. Beberapa kelompok pemberontak etnis yang telah mapan berlatih dan berjuang bersama Pasukan Pertahanan Rakyat (People's Defence Forces/PDF) yang lebih baru untuk melawan junta.
Daerah pegunungan yang keras di negara bagian Kayah, berbatasan dengan Thailand, menjadi pusat perlawanan dengan ribuan demonstran yang berubah menjadi pejuang PDF.
Menurut media negara seperti dikutip Straits Times, Kamis (29/6/2023), lima pos perbatasan di negara bagian Kayah selama ini dijaga oleh pasukan Border Guard Force BGF, mendapatkan serangan besar-besaran dari pejuang antikudeta antara tanggal 13 hingga 19 Juni.
BGF terdiri dari mantan pemberontak etnis yang bekerja sama dengan militer dengan imbalan otonomi lokal dan hak bisnis yang menguntungkan. Mereka sering ditempatkan berdampingan dengan pasukan reguler.
Komunikasi dengan pos BGF di Pantain, Kayah tenggara, terputus selama beberapa hari, demikian dilaporkan oleh Global New Light of Myanmar yang didukung oleh pemerintah.
Melansir laporan tersebut, pejuang di pos BGF mengkhianati Negara dan Tatmadaw (militer) dengan memberontak dan bergabung dengan pejuang antikudeta. Namun, laporan tidak menyebutkan berapa banyak yang membelot.
Para pembelot membawa senjata dan amunisi dengan mereka, demikian disebutkan dalam laporan tersebut. Didukung oleh serangan udara dan artileri, militer berhasil merebut kembali pos di Pantain pada tanggal 17 Juni.
Baca Juga: Indonesia dan Negara ASEAN Tolak Hadiri Undangan Menlu Thailand yang Undang Menlu Junta Myanmar
Pos BGF lainnya di Sukpaing berhasil direbut kembali pada tanggal 27 Juni. Militer juga mengalami korban di antara perwira dan prajurit, meskipun detailnya tidak disebutkan.
Menurut Pemerintah Persatuan Nasional yang sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan dan berupaya untuk melawan kudeta, puluhan tentara junta dilaporkan membelot.
Para ahli mengungkapkan kelompok PDF membuat kaget militer dengan efektivitas mereka dan memaksa militer terjerat dalam pertempuran berdarah.
Pada bulan Februari, junta mengakui mereka tidak sepenuhnya mengendalikan lebih dari sepertiga dari wilayah kotamadya di negara ini.
Pada hari Kamis, sebuah jembatan di jalan raya yang menghubungkan pusat bisnis Yangon dengan perbatasan Thailand dirusak akibat peledakan ranjau, dilaporkan oleh media lokal.
Sumber militer yang tidak ingin disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara dengan media, mengungkapkan serangan drone terhadap tentara dan pejabat yang sedang memeriksa kerusakan itu menewaskan dua orang dan melukai puluhan lainnya.
Dalam menghadapi perlawanan yang sengit di medan pertempuran, militer disebutkan menggunakan serangan artileri dan kekuatan udara.
Pada hari Selasa, serangan udara oleh militer di sebuah desa di wilayah Sagaing utara - yang merupakan pusat perlawanan terhadap pemerintahan junta - menewaskan 10 warga sipil, seperti yang diberitakan oleh penduduk setempat dan laporan media.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.