SEATTLE, KOMPAS.TV – Para ilmuwan menemukan cara baru yang tidak biasa untuk mengobati kanker, yaitu dengan menggunakan vaksin. Vaksin yang biasanya digunakan untuk mencegah penyakit tertentu, kini digunakan untuk pengobatan kanker.
Ini bukan vaksin tradisional yang mencegah penyakit, tetapi suntikan yang digunakan untuk mengecilkan tumor dan menghentikan kanker untuk datang kembali. Target perawatan eksperimental ini adalah pasien kanker payudara dan paru-paru, juga untuk pasien kanker kulit dan kanker pankreas.
“Kami mendapatkan sesuatu untuk bekerja. Sekarang kita perlu membuatnya bekerja lebih baik, ”kata Dr. James Gulley, yang membantu memimpin sebuah penelitian di National Cancer Institute yang mengembangkan terapi kekebalan, termasuk vaksin untuk pengobatan kanker.
Sebelumnya, para ilmuwan memahami bagaimana kanker bersembunyi dari sistem kekebalan tubuh. Vaksin kanker, seperti imunoterapi lainnya, dapat meningkatkan sistem kekebalan untuk menemukan dan membunuh sel kanker. Dan vaksin baru yang menggunakan mRNA, sebetulnya dikembangkan untuk kanker, namun kini digunakan untuk vaksin COVID-19.
Baca Juga: Kasus Penularan Rabies Masih Tinggi, Dinkes Bengkulu Gencarkan Vaksinasi Hewan Peliharaan!
“Agar vaksin dapat bekerja, sel T ‘diajarkan’ untuk membentuk sebuah sistem kekebalan yang mengenali kanker sebagai sesuatu yang berbahaya,” kata Dr. Nora Disis dari Cancer Vaccine Institute UW Medicine di Seattle. Setelah dilatih, sel T dapat melakukan perjalanan ke mana saja di tubuh untuk memburu bahaya tersebut.
“Jika Anda melihat sel T yang aktif, itu hampir seperti kaki,” katanya. "Anda bisa melihatnya merangkak melalui pembuluh darah untuk keluar ke jaringan," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Namun untuk pengembangan metode pengobatan ini, masih sangat dibutuhkan pasien relawan untuk penelitian.
Kathleen Jade, 50, mengetahui bahwa dia menderita kanker payudara pada akhir Februari, hanya beberapa minggu sebelum dia dan suaminya berangkat dari Seattle untuk berpetualang keliling dunia.
Akhirnya dia membatalkan rencananya untuk berlayar keliling dunia, dan memilih untuk duduk di ranjang rumah sakit sambil menunggu dosis ketiga dari vaksin eksperimental yang digunakan untuk menyembuhkan kanker. Dia mendapatkan vaksin itu untuk melihat apakah tumornya akan menyusut sebelum operasi.
“Bahkan jika peluang itu sedikit, saya merasa itu sepadan,” kata Jade, yang juga mendapatkan perawatan lain untuk kanker payudara pada umumnya.
Kemajuan vaksin dalam dunia medis sangat menantang. Sebelumnya metode pengobatan kanker dengan menggunakan vaksin sudah pernah dilakukan. Yang pertama dilakukan oleh Provenge, usaha ini disetujui di AS pada tahun 2010 untuk mengobati kanker prostat yang telah menyebar.
Metode ini membutuhkan pemrosesan sel kekebalan pasien sendiri di laboratorium dan mengembalikannya melalui infus. Ada juga vaksin yang digunakan untuk pengobatan untuk kanker kandung kemih dini dan melanoma tingkat lanjut.
"Penelitian vaksin kanker awal tersendat karena kanker ternyata mengalahkan sistem kekebalan pasien yang lemah," kata Olja Finn, peneliti vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh.
Baca Juga: Waspada Rabies, Pemprov NTT Distribusikan 17.500 Dosis Vaksin
“Semua uji coba yang gagal ini memungkinkan kami untuk belajar lebih banyak,” kata Finn.
Akibatnya, dia sekarang fokus pada pasien dengan penyakit sebelumnya karena vaksin eksperimental tidak membantu pasien denga kondisi yang sudah lanjut. Kelompoknya kini sedang merencanakan studi vaksin pada wanita dengan kanker payudara non-invasif berisiko rendah.
Vaksin yang digunakan untuk mencegah kanker juga kemungkinan akan semakin berkembang di kemudian hari. Vaksin hepatitis B telah digunakan selama puluhan tahun untuk mencegah kanker hati. Selain itu, ada juga vaksin HPV yang digunakan untuk mencegah kanker serviks dan telah diperkenalkan sejak tahun 2006.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.