WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden membuat kebingungan atas pernyataannya terkait kemungkinan Ukraina gabung NATO.
Biden menegaskan AS tak akan permudah Ukraina gabung NATO.
Padahal, AS selama ini yang mendorong dan memberikan dukungan agar negara itu bergabung dengan NATO.
Apalagi, hal itu disebut salah satu penyebab yang berujung invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Swedia: Kami Sudah Penuhi Komitmen Antiterorisme agar Boleh Masuk NATO, Turki Katakan Belum
“Tidak (mengenai Ukraina bergabung NATO). Karena mereka harus memiliki standar yang sama. Jadi kami tak akan membuatnya mudah,” katanya, Sabtu (17/6/2023) dikutip dari Politico.
Apa yang dikatakan Biden berkaitan pada Rencana Aksi Keanggotaan (MAP), yang disebut sebagai hamabatan utama upaya Ukraina bergabung dengan NATO.
Berdasarkan MAP, negara kandidat harus membuat reformasi militer dan demokrasi sebelum dipertimbangkan menjadi anggota NATO.
Pada pekan lalu, pejabat Biden mengatakan sang presiden terbuka untuk mengesampingkan persyaratan bagi Ukraina, yang pada pekan ini melancarkan serangan balik di tengah perang agresi Rusia.
Biden menambahkan bahwa AS telah melakukan banyak hal untuk memastikan Ukraina memiliki kemampuan untuk berkoordinasi secara militer.
Biden juga menyampaikan pandangan penuh harapan tentang hubunghan AS-China menjelang perjalanan Menteri Luar Negeri Anthony Blinken ke Beijing akhir pekan ini.
Blinken rencananya akan mengunjungi China pada Februari tetapi perjalanan tersebut dibatalkan setelah jet tempur AS menjatuhkan apa yang diduga sebagai balon mata-mata China di pantai Carolina.
Baca Juga: Dubes RI untuk Jepang: Kunjungan Naruhito Simbol Eratnya Hubungan Indonesia - Jepang
Biden mengindikasikan bahwa bahwa balon itu tampaknya bukan usaha mata-mata disengaja dari pemerintah China.
“Saya pikir kepemimpinan di sana tidak tahu mengenai itu, tidak tahu apa di dalamnya, dan tidak tahu apa yang terjadi,” kata Biden.
“Saya pikir itu lebih ke arah memalukan dibandingkan secara disengaja,” lanjutnya.
Biden juga menegaskan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping pada beberapa bulan ke depan untuk membicarakan bagaimana cara berdampingan meski adanya perbedaan.
Sumber : Politico
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.