SARAJEVO, KOMPAS.TV — Sepasang pesawat pembom B-1B Lancer milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) terbang rendah di atas Sarajevo dan beberapa kota Bosnia lainnya pada Selasa (30/5/2023) kemarin.
Manuver ini merupakan sinyal dukungan AS atas kedaulatan Bosnia, di tengah ancaman separatis oleh pemimpin Serbia-Bosnia yang pro-Rusia, Milorad Dodik.
Selain itu, pesawat juga berpartisipasi dalam acara militer bersama di kota Tuzla bersama dengan tentara multi-etnis Bosnia dan Pasukan Khusus Angkatan Darat AS.
Baca Juga: Tolak Ikut Perang di Ukraina, Warga Chechnya Kabur dari Rusia ke Bosnia
“Penerbangan tersebut merupakan demonstrasi dari komitmen yang kuat terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Bosnia,” kata Duta Besar AS untuk negara Balkan, Michael Murphy, seperti dikutip dari Associated Press.
Murphy menambahkan bahwa AS tetap berkomitmen teguh terhadap hubungan dengan angkatan bersenjata Bosnia untuk menghadapi stabilitas politik di Bosnia dan ancaman dari luar negara tersebut.
Dodik adalah Presiden Republika Srpska, yang merupakan bagian yang dikelola Serbia di Bosnia. Dia telah berulang kali mengadvokasi perpecahan negara dan menyuarakan kekagumannya pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Awal bulan ini, dia melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan Putin dan menegaskan kembali dukungannya untuk invasi Moskow ke Ukraina.
Dodik marah melihat penerbangan pesawat pembom AS di atas langit Bosnia, dan menuduh Washington tidak menghormati integritas teritorial negara itu.
Dia menyebut AS memperlakukan Bosnia sebagai kelinci percobaan, sehingga mereka dapat mati lemas dan memutus pasokan udara di sana selama yang mereka inginkan.
Kesepakatan perdamaian yang ditengahi AS pada tahun 1995 mengakhiri perang selama hampir 4 tahun di Bosnia yang membuat sedikitnya 100.000 orang tewas dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Baca Juga: Sopir Diduga Tertidur, Bus Peziarah Jurusan Polandia-Bosnia Kecelakaan di Kroasia, 12 Meninggal
Perang membuat negara itu terbagi dalam tiga kelompok etnis utama: Muslim Bosnia, Ortodoks Serbia, dan Katolik Kroasia. Kesepakatan Perdamaian Dayton kemudian membagi Bosnia menjadi dua entitas yang sangat otonom, yaitu Republika Srpska dan yang sebagian besar didominasi oleh orang Orthodoks Serbia; dan Republik Bosnia dan Herzegovina yang didominasi suku Muslim Bosnia dan Katolik Kroasia.
Rusia telah mengeksploitasi perpecahan dengan mendukung kebijakan separatis Dodik, yang menimbulkan kekhawatiran di Barat bahwa Kremlin mungkin menggunakannya untuk menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut di negara-negara Balkan. AS khawatir perpecahan di Balkan akan mengalihkan perhatian dunia dari perang di Ukraina kepada konflik di Balkan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.