JOHANNESBURG, KOMPAS.TV - Sedikitnya 17 orang tewas dalam wabah kolera di Hammanskraal, dekat Pretoria yang merupakan ibu kota Afrika Selatan. Pihak berwenang Afrika Selatan mengkonfirmasi wabah ini pada Rabu (24/5/2023).
Jumlah korban telah meningkat, dari 10 kematian awal yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan setempat awal pekan ini. Pihak berwenang mengatakan ada 29 kasus kolera yang dikonfirmasi laboratorium, sementara 67 orang dirawat di rumah sakit dan klinik karena infeksi saluran cerna.
Otoritas kesehatan belum mengkonfirmasi sumber pasti wabah kolera, tetapi pengelolaan air limbah yang buruk dan ketidakstabilan pemerintah daerah di ibu kota Afrika Selatan disalahkan atas situasi tersebut.
Kotamadya Tshwane, yang mencakup Pretoria dan sekitarnya, telah memiliki setidaknya lima walikota yang berbeda sejak partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa kehilangan kendali dalam pemilihan pemerintah daerah pada tahun 2016.
Baca Juga: PBB: Satu Miliar Orang Terancam Kolera
Menurut Walikota, sebuah pabrik air di Pretoria yang bertanggung jawab atas pengelolaan air limbah untuk sebagian besar wilayah Hammanskraal membutuhkan perbaikan mendesak yang diperkirakan menelan biaya sekitar 130 juta Dollar AS. Menurutnya pabrik itu tidak berfungsi dengan baik selama bertahun-tahun. Rusaknya pabrik air ini ikut mendorong wabah kolera.
“Pabrik air sudah kehabisan kapasitas sejak sekitar tahun 2005,” kata walikota eksekutif Tshwane Cilliers Brink, seperti dikutip dari Associated Press.
Afrika Selatan adalah negara Afrika selatan terbaru yang mengalami wabah kolera, setelah terjadi kematian di negara tetangganya, Zimbabwe dan Malawi pada tahun ini.
Pada bulan Februari, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan kasus kolera di Afrika meningkat secara eksponensial di tengah lonjakan global. Setidaknya 12 negara Afrika telah melaporkan wabah kolera tahun ini.
Otoritas kesehatan Zimbabwe telah mengkonfirmasi sembilan kematian baru-baru ini dengan 28 dugaan kematian kolera lainnya sejak Februari. Kementerian Kesehatan mengatakan telah mencatat 1.404 kasus dugaan kolera dan 359 kasus yang dikonfirmasi laboratorium.
Malawi melaporkan awal tahun ini, bahwa lebih dari 1.000 orang telah meninggal dalam wabah yang meluas yang dimulai pada Maret 2022. Menurut WHO, ini adalah wabah kolera terburuk di Malawi dalam 20 tahun terakhir, dengan lebih dari 36.000 kasus.
Kolera adalah penyakit yang ditularkan melalui air yang disebabkan karena menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Infeksinya sangat ganas, meskipun dapat dengan mudah diobati begitu teridentifikasi.
Baca Juga: Wabah Kolera Telah Bunuh 110 Orang di Malawi Sejak Maret
LSM Gift of the Givers telah mendistribusikan lebih dari 3.200 botol air bersegel berukuran 5 liter ke Rumah Sakit Jubilee lokal komunitas Hammanskraal dan klinik di sekitarnya tempat pasien dirawat.
Ibu kota Zimbabwe, Harare, kini telah berubah menjadi episentrum wabah. Penduduk di beberapa pinggiran kota telah berbulan-bulan hidup tanpa air ledeng, sehingga memaksa mereka untuk menggali sumur dangkal. Lubang bor mereka kemudian terkontaminasi oleh limbah yang mengalir dari pipa yang pecah.
Kasus kolera di Afrika telah dikaitkan dengan masalah sanitasi lokal. Selain itu faktor yang juga menyebabkan mewabahnya penyakit ini adalah faktor iklim seperti angin topan dan banjir yang melanda bagian selatan Afrika. Kekurangan vaksin kolera yang dialami secara global juga ikut mendorong meningkatnya jumlah penderita penyakit ini.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.