TEL AVIV, KOMPAS.TV - Tiga gerilyawan Palestina tewas dalam serangan tentara Israel di sebuah kamp pengungsi Tepi Barat Senin (22/5/2023). Sementara itu, Amerika Serikat mengutuk tindakan terbaru Israel untuk memperluas permukiman.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan ketiga pria itu tewas dalam serangan di Balata, sebuah kamp pengungsi di dekat kota Nablus. Selain itu, enam orang terluka termasuk satu orang dalam kondisi kritis.
Brigade Martir Al Aqsa, sebuah kelompok militan yang memiliki hubungan dengan partai Fatah Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengidentifikasi orang-orang yang terbunuh sebagai anggotanya.
Baca Juga: Sesumbar Menteri Sayap Kanan Israel saat Datangi Kompleks Masjid Al-Aqsa: Kami yang Berkuasa
Tentara mengkonfirmasi serangan itu, dengan mengatakan pasukan diserang dan menewaskan tiga warga Palestina. Israel telah meningkatkan serangan selama setahun terakhir sebagai tanggapan atas serentetan serangan Palestina.
Mereka mengatakan serangan hari Senin sebagai upaya untuk menjaring senjata dan menangkap orang-orang yang membuat bahan peledak.
Sementara itu, pemerintahan Biden mengeluarkan pernyataan tajam pada hari Minggu yang mengkritik Israel karena bergerak untuk membangun kembali pemukiman di pos terdepan Homesh yang sebelumnya dievakuasi di Tepi Barat utara.
Pada bulan Maret, pemerintah Israel mencabut undang-undang tahun 2005 yang membongkar empat permukiman Tepi Barat. Selama akhir pekan, jenderal militer Israel di Tepi Barat menandatangani perintah untuk melampirkan Homesh ke dewan regional pemukim lokal.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan AS sangat terganggu oleh pengumuman tersebut, dan mencatat bahwa Israel sendiri telah memutuskan bahwa pemukiman itu dibangun secara ilegal di tanah pribadi warga Palestina.
Miller juga menyatakan keprihatinan Washington tentang kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itmar Ben-Gvir pada hari Minggu ke Temple Mount, yang merupakan situs tersuci dalam Yudaisme. Situs itu juga merupakan tempat suci bagi umat Islam, yang disebut sebagai Masjid Al-Aqsa.
"Ruang suci ini tidak boleh digunakan untuk tujuan politik, dan kami meminta semua pihak untuk menghormati kesuciannya," kata Miller seperti dikutip dari Associated Press.
Baca Juga: 80 Persen Rakyat Palestina Lebih Percaya China dan Rusia daripada AS Jadi Mediator dengan Israel
Di bawah pengaturan lama, orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi situs tersebut, tetapi tidak untuk berdoa di sana. Namun dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pengunjung Yahudi mulai berdoa dengan tenang, menimbulkan ketakutan di kalangan warga Palestina bahwa Israel berencana untuk membagi atau mengambil alih situs tersebut.
Ben-Gvir telah lama menyerukan peningkatan akses umat Yahudi terhadap Temple Mount. Ben-Gvir mengunjungi kompleks puncak bukit sebelumnya pada hari Minggu, menyatakan bahwa “kami yang bertanggung jawab.”
Sementara Kabinet Israel mengadakan pertemuan yang jarang terjadi di Kota Tua Yerusalem untuk merayakan penguasaannya atas daerah tersebut. Kunjungan Ben-Gvir menuai kecaman dari Palestina dan tetangga Israel, Yordania.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.