TAIPEI, KOMPAS.TV - Selama berkuasa dua periode, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen terus mendapatkan tekanan dari China baik lewat laut dan udara.
China memang kerap mengeklaim bahawa Taiwan merupakan bagian dari mereka, dan menegaskan suatu hari nanti reunifikasi akan terjadi.
Bahkan Presiden China, Xi Jinping mengungkapkan jika perlu menggunakan paksaan untuk melakukan reunifikasi.
Baca Juga: Jokowi Bertemu Zalenskyy di Sela KTT G7, Pastikan Indonesia Terus Dukung Perdamaian Ukraina-Rusia
Meski menyadari ancaman itu, Tsai menegaskan perang bukanlah opsi.
Ia juga mengatakan rakyat Taiwan telah menunjukkan kepada dunia, determinasi mereka untuk membela diri.
“Di hadapan serangan sipil China dan ancaman militer, rakyat Taiwan tetap tenang, tidak agresif, rasional, dan tak provokatif,” katanya dikutip dari France24.
“Perang bukan pilihan, dan taka da pihak yang dapat secara sepihak mengubah status quo dengan cara yang tak damai. Kami tidak akan provokatig, agresif dan tak akan menyerah di bawah tekanan,” lanjut Tsai.
Pernyataan Tsai muncul di saat Taiwan bersiap untuk pemilihan presiden, yang dijadwalkan pada Januari 2024.
Baca Juga: Malaysia Alami Panic Buying Air Kemasan, Ternyata Ini Penyebabnya
Jejak pendapat tersebut secara luas dipandang sebagai referendum tentang bagaimana Tsai menangani hubungan Taiwan dengan China.
Pasalnya, Tsai telah menolak bertemu dengan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa untuk melakukan pembicaraan, karena memandangnya sebagai seorang separatis.
Karena batas masa jabatan di pemerintahan kepulauan yang demokrasi, Tsai yang berusia 66 tahun tak akan mencalonkan diri dalam pemilihan.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.