MOSKOW, KOMPAS.TV - Pengusaha dari negara-negara muslim dilaporkan gerak cepat mengisi ceruk pasar yang ditinggal perusahaan AS dan Barat, kata Duta Besar Rusia untuk Organisasi Kerjasama Islam OKI, Ramazan Abdulatipov dalam wawancara yang dilaporkan RIA Novosti, Selasa (16/5/2023).
"Sebagai hasil dari situasi yang terjadi, pasar Rusia menjadi sangat menarik bagi mitra kami (pengusaha negara-negara muslim). Perusahaan Barat mengosongkan banyak sektor pasar Rusia, yang dimanfaatkan oleh produsen dalam negeri dan banyak perwakilan bisnis dari negara-negara muslim," kata Abdulatipov.
Dia mencatat kerja sama antara Moskow dan negara-negara muslim dalam proyek logistik di Eurasia semakin kuat.
"Minat dari berbagai wilayah, perusahaan, dan negara dari Teheran, Abu Dhabi, Riyadh, Ankara, dan New Delhi semakin meningkat. Ini ditunjukkan oleh kerja sama kita dengan negara-negara ini dalam kerangka KTT "Utara-Selatan", yang merupakan jalur logistik kompetitif di Eurasia Raya", kata diplomat itu.
Abdulatipov menambahkan, Tatarstan, Dagestan, Chechnya, dan Bashkortostan memperkuat hubungan dengan negara-negara muslim dalam eksperimen penerapan perbankan Islam.
"Perbankan Islam di Rusia baru saja memulai tahap perkembangan. Secara faktual, saat ini, itu masih dalam tahap eksperimen. Dalam kerangka OKI, Bank Pembangunan Islam beroperasi, yang merupakan organisasi yang menentukan di bidang keuangan Islam. Saat ini, kami sedang aktif bekerja untuk memperkuat hubungan antara wilayah kami dan Bank Pembangunan Islam," kata diplomat itu.
Abdulatipov menekankan, jika eksperimen itu terbukti berhasil, pengalaman perbankan Islam dapat diterapkan di wilayah-wilayah Rusia lainnya.
Rusia bulan Februari lalu, Rabu (1/2/2023), memulai proyek uji coba eksperimental untuk menerapkan praktik keuangan Islam di beberapa wilayah dengan populasi yang didominasi oleh umat muslim.
Baca Juga: Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak Rusia, Dibayangi Potensi Sanksi AS
Eksperimen ini akan dilakukan di Dagestan, Chechnya, Bashkiria, dan Tatarstan dan berlangsung dua tahun. Setelah itu, pihak berwenang akan memutuskan tentang kesesuaian model Islam untuk Rusia.
Aleksandr Kazakov, ahli senior di Asosiasi Ahli Keuangan Islam Rusia, mengatakan kepada Anadolu, sudah "waktunya melupakan" pasar keuangan Barat dan fokus pada kerja sama dengan negara-negara Arab dan Asia.
"Pada tingkat korporasi, sudah jelas semua pusat keuangan Barat ditutup untuk modal Rusia, kita tidak punya pilihan selain mengembangkan alternatif yang terjangkau. Sudah waktunya untuk melupakan keberadaan London dan berkonsentrasi pada Beijing, New Delhi, Singapura, Kuala Lumpur, dan negara-negara Teluk," kata ahli tersebut.
Kazakov mengatakan Duma Negara, parlemen Rusia, bulan Februari 2023 sudah melewati pembahasan pertama RUU tentang pembiayaan mitra, di mana istilah "pembiayaan mitra" mengacu pada produk keuangan berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
"Sekali diadopsi, keberadaan instrumen keuangan alternatif akan diakui pada tingkat legislatif di Rusia. Ini adalah langkah politik yang penting baik dalam negeri maupun terkait dengan mitra asing kita yang sebenarnya," katanya.
Menurut Kazakov, perbankan Islam telah berkembang aktif dalam beberapa tahun terakhir dengan Timur Tengah menjadi pusat terbesar untuk perbankan Islam dan Malaysia untuk pasar sekuritas Islam.
Ketika ditanya apakah model keuangan Islam dapat melawan sistem keuangan Barat, Kazakov mengatakan, "Kita akan lihat. Sistem keuangan Barat sekarang mengalami krisis serius. Semuanya akan tergantung pada bagaimana ia bertahan dari krisis ini dan itupun jika mereka bertahan."
Di Rusia, terdapat beberapa organisasi keuangan Islam ritel yang berfungsi dengan baik, tambahnya, dan sistem keuangan Islam memiliki prospek yang baik karena "permintaan yang sangat besar" dari lebih dari 20 juta muslim Rusia, katanya.
Baca Juga: Ternyata Hanya 8,5% Perusahaan Barat Hengkang dari Rusia Walau Dihajar Habis Sanksi Ekonomi
Berbicara tentang titik-titik sulit dalam keuangan Islam, Kazakov mengatakan perbedaan utama adalah bahwa keuangan Islam melarang membebankan bunga.
Kazakov mengingatkan sistem keuangan tradisional di dunia Kristen dan Islam melarang riba. Namun, pinjaman berbunga akhirnya menemukan jalan dan berkuasa di bisnis Eropa.
"Perbankan Islam menawarkan kemitraan, yang melibatkan partisipasi dalam keuntungan dan kerugian, sedangkan pinjaman berbasis bunga harus dibayar kembali terlepas dari hasil kegiatan peminjam," katanya.
Keuangan Islam mencakup dua model dasar, yaitu kemitraan atau Musharakah dan pembayaran dalam angsuran atau Murabaha.
"Marilah kita tunjukkan bagaimana kedua sistem bekerja dengan menggunakan contoh pinjaman hipotek konvensional. Dalam struktur kemitraan, atau Musharakah, bank bersama dengan klien membeli properti dalam kepemilikan bersama. Klien pindah ke objek yang dibeli dan membayar sewa kepada bank secara proporsional dengan saham, dan klien secara bertahap membeli saham bank." tuturnya
"Dalam kasus kedua, Murabaha, bank, sesuai instruksi klien, membeli properti dengan harga spot (saat ini), dan menjualnya kepada klien, yang membayar dalam angsuran dengan margin tertentu untuk harga spot. Secara teknis, margin dapat dihitung sebagai persentase dari harga beli, tetapi dari sudut pandang syariah, margin perdagangan tersebut diperbolehkan dan tidak dianggap sebagai riba," jelas Kazakov.
Fitur lain dari keuangan Islam adalah tidak adanya kartu kredit yang membebankan bunga, tambah ahli tersebut.
Dia juga menekankan bank Islam dalam semua kasus harus memastikan setiap operasi keuangan terkait erat dengan investasi atau perdagangan yang sesuai dengan syariah dan tidak menyembunyikan pinjaman berbunga, "Prinsip umum keuangan Islam adalah keterkaitan yang tidak terpisahkan antara pembiayaan dengan ekonomi riil dan ketidakmungkinan menggunakan uang sebagai objek penjualan," katanya.
Tidak ada pembatasan dalam menggunakan sistem keuangan Islam, sekalipun afiliasi terhadap agama tertentu, lanjut Kazakov.
Sumber : RIA Novosti / Anadolu Agency
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.