KIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa dirinya dan pemimpin China Xi Jinping telah melakukan pembicaraan telepon yang "panjang dan bermakna", Rabu (26/4/2023).
Melansir Associated Press, percakapan ini merupakan kontak pertama yang diketahui antara keduanya sejak serangan Rusia ke Ukraina lebih dari setahun yang lalu.
Panggilan telepon tersebut, yang disebutkan berlangsung hampir satu jam, merupakan perkembangan yang signifikan dalam upaya penyelesaian konflik.
Panggilan tersebut terjadi dua bulan setelah Beijing, yang selama ini telah berpihak pada Rusia, mengatakan bahwa mereka ingin bertindak sebagai mediator perdamaian dalam perang melawan Ukraina dan setelah Xi mengunjungi Moskow bulan lalu.
"Saya percaya bahwa panggilan ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk China, akan memberikan dorongan yang kuat bagi pengembangan hubungan bilateral kita," kata Zelenskyy dalam unggahan di Facebook tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kantor Presiden Ukraina mengatakan lebih banyak rincian mengenai isi pembicaraan tersebut akan dipublikasikan lebih lanjut hari ini.
Percakapan antara kedua pemimpin itu telah diantisipasi selama beberapa minggu, setelah China mengajukan proposal 12 poin untuk mengakhiri pertikaian. Panggilan telepon tersebut merupakan langkah lain bagi China dalam keterlibatannya yang lebih dalam dalam penyelesaian konflik.
Baca Juga: China Ingin Rusia dan Ukraina Berdamai, Ajukan 12 Poin Penyelesaian
Di China, panggilan telepon tersebut dilaporkan oleh media negara. China Central Television mengatakan Beijing berencana mengirim utusan ke Kiev untuk membahas "penyelesaian politik" terhadap perang tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, memuji pendekatan China, namun mengkritik sikap Ukraina.
Merujuk pada panggilan tersebut, dia memuji "kesiapan Beijing untuk berusaha memulai proses negosiasi (perdamaian)", sambil menghujat apa yang disebutnya sebagai "penolakan Kiev terhadap inisiatif yang konstruktif untuk penyelesaian."
Meskipun demikian, Zelenskyy mengatakan dalam wawancara dengan Associated Press pada akhir Maret bahwa dirinya belum berbicara dengan Xi sejak perang dimulai dan mengundangnya untuk mengunjungi Ukraina.
Usulan perdamaian tersebut datang setelah China mengumumkan bahwa mereka ingin bertindak sebagai mediator dalam perang yang telah memperkuat aliansi Barat yang dianggap oleh Beijing dan Moskow sebagai saingan.
Dengan langkah ini, pemerintahan Xi Jinping memperkuat klaim China sebagai negara netral dalam perang tersebut, meskipun menghalangi upaya PBB untuk mengutuk serangan Kremlin terhadap Ukraina.
Sementara Zelenskyy mengarahkan negaranya lebih dekat kepada NATO dan berhasil memohon kepada negara-negara anggota NATO untuk mengirimkan senjata canggih guna membantu mengalahkan Rusia, Beijing menuduh Barat sebagai pihak yang memprovokasi konflik dan "menciptakan ketegangan" dengan memberikan Ukraina senjata.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.