WASHINGTON, KOMPAS.TV - Gedung Putih hari Senin, (10/4/2023) mengatakan tetap "percaya diri" dalam hubungan Amerika Serikat - Prancis setelah Presiden Emmanuel Macron mengambil jarak dari kebijakan AS tentang Taiwan dan memperingatkan Eropa untuk tidak menjadi "pengikut" Amerika, seperti laporan Straits Times, Selasa, (11/4/2023)
Pernyataan Macron kepada wartawan dari harian bisnis Prancis Les Echos dan situs berita Politico muncul setelah dia dijamu untuk kunjungan kenegaraan oleh Presiden China Xi Jinping.
Macron, yang membahas Taiwan dengan Xi Jinping hari Jumat lalu, memperingatkan agar Eropa tak “terjebak dalam krisis yang bukan milik kita, yang akan menghambat Eropa membangun otonomi strategisnya.”
“Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut dan menyesuaikan diri dengan ritme Amerika dan reaksi berlebihan China,” kata Macron kepada media, termasuk harian bisnis Prancis Les Echos dan Politico, saat dia kembali pada Jumat dari tiga -hari kunjungan kenegaraan ke Beijing dan Guangzhou.
Macron menyarankan bahwa Eropa, yang sangat bergantung pada perlindungan militer AS sejak Perang Dunia II, bisa menjadi “adidaya ketiga.”
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintahan Biden tetap "nyaman dan percaya diri dalam hubungan bilateral yang hebat yang kita miliki dengan Prancis."
Kirby mengutip hubungan pribadi Presiden Joe Biden dengan Macron dan mengatakan kedua negara "bekerja sama dalam banyak masalah yang berbeda," termasuk operasi angkatan laut di Asia-Pasifik.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Serukan Dimulainya Perundingan Damai Ukraina usai Bertemu Presiden Prancis
Washington dan Paris adalah mitra dalam "upaya bersama kita semua dalam aliansi yang luas ini, jaringan aliansi dan kemitraan ini," kata Kirby.
Dalam wawancaranya, Macron mengatakan negara-negara Eropa, di antara sekutu terdekat yang dimiliki Amerika Serikat, tidak boleh terjebak dalam ketegangan dan adu urat leher antara Beijing dan Washington atas nasib Taiwan yang demokratis.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak yang harus dipersatukan kembali, jika perlu dengan kekerasan. Pemerintah Amerika Serikat, sementara itu, berjanji membantu Taiwan mempertahankan diri.
Tawaran Macron untuk menjauhkan sekutu AS di Eropa dari pergumulan tegang atas Taiwan terjadi tepat sebelum China meluncurkan latihan militer skala besar baru yang dimaksudkan untuk mengintimidasi pulau itu.
Serangan pedang China terbaru diperintahkan sebagai tanggapan atas perjalanan presiden terpilih Taiwan ke Amerika Serikat, termasuk pertemuan dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy.
Politico menulis bahwa "Macron 'berhenti mengikuti' Washington," sementara halaman editorial konservatif yang berpengaruh di The Wall Street Journal menulis bahwa Macron "melakukan kesalahan" dan merusak pencegahan yang dipimpin AS terhadap China.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.