RIYADH, KOMPAS.TV - Menteri luar negeri Arab Saudi dan Iran melakukan pembicaraan telepon dan sepakat bertemu sebelum akhir bulan suci Ramadan untuk mengimplementasikan kesepakatan rekonsiliasi bilateral yang penting, seperti laporan kantor berita resmi Arab Saudi SPA hari Senin, (27/3/2023).
Pangeran Faisal bin Farhan dan mitranya dari Iran, Hossein Amir-Abdollahian, melakukan pembicaraan telepon kedua mereka dalam waktu kurang dari seminggu dan membahas "sejumlah masalah umum ... menyusul perjanjian mengejutkan yang ditengahi oleh China dan diumumkan pada 10 Maret."
“Kedua menteri juga sepakat untuk mengadakan pertemuan bilateral di antara mereka selama bulan Ramadhan ini”, yang tahun ini berakhir pada minggu ketiga April, kata SPA.
“Arab Saudi dan Iran setuju untuk menghormati kedaulatan negara dan tidak ikut campur dalam masalah internal,” kata pengumuman SPA pada saat itu, menambahkan bahwa menteri luar negeri kedua negara akan segera bertemu untuk mengatur pertukaran utusan dan membahas cara untuk meningkatkan hubungan.
Riyadh dan Teheran juga sepakat untuk mengaktifkan perjanjian kerjasama keamanan yang ditandatangani pada tahun 2001 dan perjanjian perdagangan, ekonomi dan investasi yang ditandatangani pada tahun 1998.
Laporan itu tidak menentukan tanggal atau lokasi pasti pertemuan itu.
Baca Juga: Arab Saudi akan Berdamai dengan Suriah Usai Iran, Bakal Buka Kembali Kedutaan Setelah Idufitri
Pejabat Saudi mengatakan pertemuan itu adalah langkah selanjutnya dalam memulihkan hubungan tujuh tahun setelah mereka putus.
Riyadh memutuskan hubungan setelah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi pada tahun 2016 menyusul eksekusi Saudi terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr – hanya satu dari serangkaian titik nyala antara dua rival lama di kawasan itu.
Kesepakatan itu diperkirakan akan membuat Iran yang mayoritas Syiah dan sebagian besar Muslim Sunni Arab Saudi membuka kembali kedutaan dan misi mereka dalam waktu dua bulan dan menerapkan kesepakatan kerja sama keamanan dan ekonomi yang ditandatangani lebih dari 20 tahun lalu.
Seorang pejabat Iran mengatakan pada 19 Maret bahwa Presiden Iran Ebrahim Raisi dengan senang hati menerima undangan untuk mengunjungi Arab Saudi dari Raja Salman, meskipun Riyadh belum mengonfirmasi.
Amir-Abdollahian mengatakan kepada wartawan pada hari yang sama bahwa kedua negara telah sepakat untuk mengadakan pertemuan antara diplomat tinggi mereka dan bahwa tiga lokasi telah disarankan, tanpa menyebutkan yang mana.
Detente antara Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, dan Iran, yang sangat berselisih dengan pemerintah Barat atas kegiatan nuklirnya, memiliki potensi untuk membentuk kembali hubungan di seluruh wilayah yang ditandai dengan pergolakan selama beberapa dekade.
Sumber : Kompas TV/SPA/Al Arabiya
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.