LONDON, KOMPAS.TV - Serbuan pasukan Rusia ke kota Bakhmut, timur Ukraina dilaporkan mulai pampat setelah terus mendesak garnisun Ukraina beberapa bulan belakangan. Intelijen Inggris Raya menduga perkembangan ini dikarenakan kekuatan Rusia mulai terkikis akibat pertempuran panjang di Bakhmut.
Pertempuran Bakhmut sendiri adalah pertempuran terpanjang dan paling berdarah sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 silam. Rusia berniat merebut Bakhmut sebagai bagian dari strategi menguasai kawasan Donbass.
Baca Juga: Kondisi Terkini Pertempuran Bakhmut, Ukraina Tegaskan Keadaan Tengah Distabilkan
"Ini (serangan Rusia mulai pampat) sepertinya hasil dari pengikisan ekstrem di tubuh pasukan Rusia. Ukraina juga mengalami kehilangan besar selama bertahan," demikian bunyi laporan intelijen Kementerian Pertahanan Inggris Raya dikutip The Guardian, Sabtu (25/3/2023).
Lebih lanjut, intelijen London memperkirakan kemacetan serbuan Rusia juga dipengaruhi friksi di internal militer Rusia. London menyebut situasi militer Rusia diperparah "tensi antara Kementerian Pertahanan Rusia dan Wagner Group, masing-masing mengirim personel ke sektor tersebut."
Intelijen Inggris memperkirakan, Rusia mengalihkan tenaga ke sektor Avdiivka, selatan Bakhmut dan Kremina-Svatove di sebelah utara. Pasukan Rusia diduga hendak menstabilisasi garis depan, alih-alih merebut Bakhmut.
"Ini secara umum menandakan desain operasional yang lebih defensif usai capaian inkonklusif dari upaya mereka meluncurkan serangan umum sejak Januari 2023," demikian tulis intelijen Inggris Raya.
Sebelumnya, panglima militer Ukraina, Jendral Valeriy Zaluzhnyi mengaku pasukannya telah berhasil menahan pasukan Rusia di Bakhmut. Militer Ukraina menyebut pasukan Rusia dan Wagner Group mulai kelelahan di sektor tersebut.
Baca Juga: Rincian Pelanggaran HAM Ukraina dan Rusia Menurut Komisi HAM PBB, Termasuk Eksekusi Mati Tawanan
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.