PARIS, KOMPAS.TV - Ibu kota Prancis, Paris masih ditumpuki ribuan ton sampah per Selasa (21/3/2023). Sampah-sampah ini ditumpuk sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintahan Emmanuel Macron yang meningkatkan batas usia pensiun.
Aksi mogok tukang sampah kota berjuluk "Kota Cahaya" tersebut telah memasuki hari ke-16 pada Selasa (21/3). Mereka memprotes penaikan usia pensiun dari 57 ke 59 tahun bagi tukang sampah dan 62 ke 64 tahun bagi pekerja secara umum.
Macron mengesahkan kebijakan tersebut tanpa mekanisme voting karena memanfaatkan sebuah pasal khusus di konstitusi Prancis. Namun, kebijakan ini ditentang sebagian anggota parlemen serta pemerintah kota Paris.
Baca Juga: Macron Bikin Marah Rakyat Prancis Usai Putuskan Reformasi Pensiun Tanpa Voting, Demonstrasi Ricuh
Menurut survei, sebagian besar warga Prancis pun menentang kebijakan itu. Sebelumnya, sejumlah anggota parlemen Prancis mengajukan mosi tidak percaya ke pemerintahan Macron, tetapi dua kali kalah.
Vincent Salazar, seorang konsultan artis yang tinggal di Distrik Rive Gauche, salah satu kawasan seni di Paris, menyebut tumpukan sampah memenuhi jalanan sekitar lingkungannya beberapa hari belakangan. Di sejumlah titik, tumpukan sampah lebih tinggi dari manusia.
Meskipun demikian, Salazar mengaku tidak peduli dengan Paris yang berubah menjadi kota sampah. Ia mengaku mendukung serikat buruh yang menentang Macron.
"Saya beruntung tinggal di sini, tetapi saya 200% di belakang orang-orang ini (pemrotes). Mereka mencium baunya setiap waktu," kata Salazar dikutip Associated Press, Selasa (21/3).
Balai Kota Paris sendiri mendukung aksi protes dan menolak menerbitkan perintah agar truk-truk sampah beroperasi. Untuk sementara, otoritas terkait menyewa kontraktor untuk membersihkan sampah sedikit demi sedikit.
Per Senin (20/3), jumlah sampah yang disebar ke seantero Paris disebut mencapai 9.300 ton. Pada Minggu (19/3), jumlahnya mencapai 10.00 ton.
Tumpukan sampah pun disebut berdampak pada sektor turisme paris. Guillaume, pelayan di restoran Le Bistro du Dome, menyebut jumlah pelanggan yang datang untuk makan malam berkurang hingga setengah.
"Itu tidak masalah bagi saya karena maksudnya baik. Jika kami harus melintasi jalan ini, ya, kami akan di sini," kata Gillaume.
Tak hanya tukang sampah, pekerja dari berbagai sektor, mulai transportasi hingga energi, turut memprotes kebijakan Macon. Namun, aksi protes tukang sampah Prancis dinilai membuat respons marah pekerja lebih menyolok.
Baca Juga: Momen Cuek Mbappe pada Presiden Macron Usai Prancis Kalah di Final Piala Dunia 2022
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.