WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang ilmuwan terkenal Pentagon meminta Amerika Serikat (AS) wajib waspada terhadap rudal hipersonik China.
Menurut Kepala Ilmuwan di Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Direktorat Analisis, Paul Freisthler, China, AS, dan Rusia saat ini bersaing mengembangkan rudal hipersonik.
Namun, Freisthler mengatakan bahwa China saat ini telah mengungguli Rusia, dan bisa menyerang pangkalan AS di Pasifik.
Hal tersebut diungkapkan Freisthler di Kongres pekan lalu.
Baca Juga: Kesepakatan Arab Saudi - Iran Bikin AS dan China kini Rebutan Pengaruh di Timur Tengah
“Di tengah latar belakang persaingan strategis, peristiwa beberapa tahun terakhir menunjukkan dengan tegas bahwa pesaing kita sedang mengembangkan kemampuan yang bertujuan mempertahankan bahaya terhadap Tanah Air kita, AS,” katanya dikutip dari Daily Star, Rabu (15/3/2023).
“Senjata hipersonik didesain untuk menghidari sensor dan sistem pertahanan AS, menimbulkan ancaman yang meningkat dan kompleks terkait ketersediaan kemampuan nuklir dan konvesional, profil penerbangan yang menantang dan kemampuan manuver,” tambah Freisthler.
Pergerakan rudal hipersonik diketahui amat sangat cepat, dan mampu terbang antara lima hingga 25 kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Beberapa bahkan bergerak sangat cepat dan mampu bermanuver hingga membuat sistem pertahanan Barat tak berdaya mengadang mereka.
Rusia telah menggunakan rudal hipersonik saat melakukan invasi ke Ukraina.
Namun, Freisthler mengatakan, senjata China saat ini sudah lebih canggih.
“Saat China dan Rusia melakukan sejumlah tes yang sukses terkait senjata hipersonik dan juga sistem operasi lapangan, China kini memimpin Rusia, baik dalam dukungan infrastruktur dan sejumlah sistem,” katanya.
China diyakini telah sukses melakukan sejumlah tes persenjataan dengan jarak yang diperkirakan mencapai 1.000 mil, yang membuat mereka mampu mendera pesisir Pasifik AS.
Baca Juga: Gawat! 2,5 Ton Uranium Hilang di Libya, Kata Badan Pengawas Nuklir Internasional IAEA
Ia juga menambahkan bahwa China juga mengembangkan mesin dengan kecepatan tinggi yang disebut sebagai scramjet. Mesin itu disebut mampu mengisi dirinya sebagian dengan menyedot udara di sekitarnya dan membakarnya. Ini akan membuat senjata yang ada menjadi lebih kuat.
“China sedang mengejar rudal balistik antarbenua dengan muatan kendaraan luncur hipersonik dan telah melakukan beberapa uji terbang sejak 2014, termasuk uji coba pada Juli 2021 yang mengelilingi dunia,” ungkap Freisthler.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.