SPRINGFIELD, KOMPAS.TV - 'UFO' yang ditembak jatuh jet tempur Amerika Serikat (AS) di Alaska pekan lalu diduga sekadar balon udara milik sekelompok pencinta balon udara amatir di negara bagian Illinois, AS.
Komunitas Northern Illinois Bottlecap Balloon Brigade mengaku salah satu balon udara mereka hilang di Alaska tepat pada hari ketika jet AS menembak jatuh 'UFO'.
Sebelumnya, kabar jet F-22 AS menembak jatuh benda asing takteridentifikasi di langit Alaska kembali menggegerkan negara itu.
'UFO' Alaska ditembak jatuh hanya beberapa hari usai Pentagon menembak jatuh balon yang diduga alat mata-mata China.
Menurut laporan The Guardian, Jumat (17/2/2023), komunitas Northern Illinois Bottlecap Balloon Brigade melaporkan salah satu balon udara mereka hilang di Alaska pada 11 Februari.
Namun, mereka tidak mengaitkannya secara langsung dengan penembakan 'UFO' Alaska.
Baca Juga: Baru Selesai dengan Balon Mata-Mata China, Jet Tempur AS Tembak Benda Asing di Atas Alaska
Dalam sebuah unggahan blog, komunitas itu melaporkan trayektori balon sebelum check-in elektronik terakhirnya pada 11 Februari sekitar pukul 12.48 waktu setempat, menunjukkan keterkaitan.
"Untuk saat ini, kami menyebut balon pico K9YO hilang dalam tugas," demikian tulis komunitas tersebut.
Apabila ternyata balon komunitas itu yang ditembak jatuh jet AS, maka pemerintah AS telah membayar mahal untuk menjatuhkan benda tersebut.
Dibanding rudal Sidewinder seharga 439.000 dolar AS atau sekitar Rp6 miliar, balon komunitas itu ditaksir seharga 12 dolar AS atau sekitar Rp180 ribu.
Pemerintah AS sendiri mendeteksi setidaknya tiga 'UFO' usai menembak jatuh balon udara China. Namun, pekan ini, Presiden AS Joe Biden mengakui benda-benda itu bisa jadi milik sipil atau alat riset ilmuwan.
"Tidak ada yang mengindikasikan bahwa mereka terkait program balon mata-mata China atau benda-benda itu kendaraan surveilans dari negara lain," kata Biden, Kamis (16/2) lalu.
Baca Juga: Pesawat Mata-Mata Bukan Praktik Baru dalam Hubungan China-AS, Mengingat Peristiwa Hainan 2001
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.