NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Junta militer Myanmar melakukan kerja sama dengan Rusia untuk teknologi nuklir.
Junta militer negara tersebut dilaporkan telah membangun Pusat Informasi dan Teknologi Nuklir, bekerja sama dengan Badan Nuklir Rusia, Rosatom.
Upacara pembukaan Pusat Informasi dan Teknologi Nuklir, Senin (6/2/2023) di Yangon dihadiri pemimpin Junta Militer, Min Aung Hlaing.
Pembukaan pusat informasi tersebut mengikuti perjanjian yang ditandatangani pada September antara junta militer dan Rosatom, untuk kerja sama untuk bersama menilai pembangunan reaktor kecil di Myanmar.
Baca Juga: Ini Warga Australia Pertama yang Jadi Korban Tewas Gempa Turki, Disebut Pria Terbaik di Dunia
Hal itu disebut para pengamat sebagai mimpi jangka panjang dari junta militer Myanmar untuk memiliki senjata nuklir.
Junta militer Myanmar mengumumkan bakal menggunakan energi nuklir untuk kepentingan rakyat.
Namun, pihak oposisi dan analis militer mengungkapkan kekhawatiran bahwa teknologi ini akan dimanfaatkan secara militer, mengingat konflik bersenjata di Myanmar masih berlangsung.
Selain itu penentangan rakyat atas rezim junta militer Myanmar setelah kudeta Februari 2021 terus meluas.
Kecurigaan bakal dibuatnya senjata nuklir pun semakin tinggi.
“Mereka mungkin mengatakan bahwa itu untuk kepentingan rakyat, seperti generator listrik, tetapi saya yakin mereka akan berusaha memiliki senjaa nuklir,” ujar mantan Kapten Kaung Thu Win, yang membelot dari militer Myanmar dan bergabung dengan perlawanan rakyat dikutip dari Radio Free Asia.
Baca Juga: Gempa Turki-Suriah, Bocah Perempuan Jadikan Badannya Perisai untuk Lindungi Adik dari Reruntuhan
“Mereka secara umum akan mengatakan bahwa itu digunakan demi masyarakat, tetapi mereka secara sembunyi-sembunyi akan membuat senjata nuklir. Tak diragukan mereka akan mengeksploasi bagaimana mereka akan membuat senjata demi keuntungan mereka,” lanjutnya.
Kaung Thu Win mengatakan bahwa junta militer Myanmar memang ingin menjadikan negara itu sebagai kekuatan nuklir.
Meski begitu, tawaran junta baru-baru ini ke Rusia menunjukkan mereka mungkin mencoba mempercepat ambisi nuklirnya, demi memperkuat cengkeraman kekuasaannya.
Dalam dua tahun sejak kudeta militer, Min Aung Hlaing telah tiga kali mengunjungi Rusia untuk membahas proyek nuklir.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.