DAKAR, KOMPAS.TV — Setidaknya 50 perempuan diculik kelompok ekstremis yang mengatasnamakan Islam di wilayah Sahel utara Burkina Faso. Para perempuan itu diculik saat berada mengumpulkan buah-buahan liar.
Dalam laporan Associated Press, Senin (16/1/2023), penculikan itu terjadi pada 12 dan 13 Januari sekitar 15 kilometer dari Kota Arbinda di Provinsi Soum, kata gubernur Sahel Letnan Kolonel PF Rodolphe Sorgho dalam sebuah pernyataan.
Negara Afrika Barat itu dikuasai kekerasan kelompok garis keras yang mengatasnamakan Islam dan terkait dengan al-Qaida serta ISIS yang menewaskan ribuan orang dan membuat hampir 2 juta orang mengungsi.
Kegagalan pemerintah berturut-turut untuk menghentikan pertempuran menyebabkan ketidakpuasan yang meluas dan memicu dua kudeta militer pada tahun 2022, yang terakhir melawan rezim militer pertama yang merebut kekuasaan.
Namun, junta militer saat ini, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan September dan bersumpah akan memulihkan keamanan, masih berjuang untuk membendung kekerasan.
Baca Juga: Burkina Faso Kembali Diguncang Kudeta Militer, Keadaan Makin Mencekam
Sebanyak 116 insiden keamanan dicatat pada minggu kedua bulan Januari, menurut laporan keamanan internal untuk kelompok bantuan yang dilihat oleh The Associated Press. Itu menandai peningkatan lebih dari 60% dibandingkan dengan minggu terakhir bulan Desember.
Ekstremis mengepung kota-kota di seluruh negeri, mencegah orang dan barang bergerak bebas.
Kota Arbinda berada di bawah blokade kelompok tersebut selama bertahun-tahun, membuat perempuan lebih rentan terhadap serangan jika mereka mencoba pergi, kata kelompok hak asasi.
“Ini adalah perkembangan yang sangat memprihatinkan dan serius di Burkina Faso yang memperlihatkan kerentanan perempuan di daerah-daerah yang diblokade,” kata Ousmane Diallo, seorang peneliti di kantor regional Amnesty International untuk Afrika Barat dan Tengah.
“Hak warga sipil dan hak mereka atas mata pencaharian mereka harus dilindungi oleh semua pihak yang berkonflik. Perlu ada lebih banyak perhatian dan lebih banyak perlindungan warga sipil oleh pemerintah di kota-kota yang terkepung ini, tetapi juga pendekatan khusus untuk perlindungan perempuan dan anak perempuan,” katanya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.