JENEWA, KOMPAS.TV – Badan organisasi kesehatan dunia WHO mengkhawatirkan lonjakan kasus Covid-19 di seantero China dan kurangnya informasi tentang wabah dari pemerintah setempat, Rabu (4/1/2023).
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan pihaknya telah bertemu dengan sejumlah pejabat China untuk menekankan pentingnya berbagi informasi mendetail tentang Covid-19. Ini termasuk tingkat rawat inap di rumah sakit dan pengurutan genetis virus, kendati pandemi terbilang terus melandai di seluruh dunia sejak dimulai pada akhir 2019 silam.
“Data tetap faktor penting bagi WHO untuk melakukan penilaian risiko global secara teratur, cepat dan kuat,” ujar Tedros, dilansir dari Associated Press, Kamis (5/1).
Baca Juga: Badai Covid-19 China Jadi Bahan Pertengkaran Politis, Beijing dan Uni Eropa Berselisih Kebijakan
Tedros menyebut ia memahami mengapa sejumlah negara belakangan ini mengambil langkah pembatasan terhadap pelaku perjalanan yang tiba dari China.
“Bisa dimengerti mengapa sejumlah negara mengambil langkah untuk melindungi warganya,” tutur Tedros seraya mengimbuhkan, “Mengingat minimnya informasi tentang Covid-19 (China).”
Sementara itu, kepala kedaruratan WHO Dr Michael Ryan menyebut, protokol pengujian Covid-19 yang diterapkan sejumlah negara bukanlah merupakan larangan bepergian.
“Itu bukan tindakan berlebihan berdasarkan penilaian risiko masing-masing negara,” kata Ryan.
Baca Juga: Korsel Buru Warga China yang Positif Covid-19 tapi Kabur saat Hendak Dikarantina
Ia mencatat, selama tiga tahun belakangan, China terbilang telah memberlakukan aturan pembatasan Covid-19 paling ketat sedunia.
“Faktanya bagi China adalah, banyak negara kini merasa mereka tak punya cukup informasi untuk mendasarkan penilaian risiko mereka,” ungkapnya.
Sebelumnya pada awal pekan ini, para pejabat China mengkritik tajam persyaratan tes Covid-19 yang diberlakukan terhadap para pelancong dari China. Negara itu juga mengancam akan melakukan tindakan pembalasan serupa terhadap negara-negara yang melakukannya, termasuk Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa.
“Kami meyakini bahwa pembatasan masuk yang diterapkan sejumlah negara menyasar China tidak memiliki dasar ilmiah, dan beberapa praktik berlebihan tak dapat diterima,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, Selasa (3/1).
Baca Juga: China Murka, Kecam Negara-Negara yang Terapkan Pembatasan Covid-19 bagi Pelancong asal China
Ryan mengimbuhkan, ada kekhawatiran terkait bagaimana China mencatatkan kematian akibat Covid-19. Definisi China, yang hanya menghitung kematian Covid-19 jika disebabkan karena gagal napas, disebutnya terlalu sempit.
Sepanjang Desember 2022, China hanya mencatatkan 13 kematian Covid-19 secara resmi. Padahal, ada ribuan kasus Covid-19 baru setiap hari, dan rumah sakit, klinik, serta krematorium dilaporkan kewalahan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.