NEW DELHI, KOMPAS.TV - Polisi India mengatakan mereka sedang menyelidiki kematian mendadak seorang politikus kaya Rusia yang dilaporkan mengkritik perang Ukraina dan kematian rekan seperjalanannya di sebuah hotel mewah di India.
Jenazah Pavel Antov, 65 tahun, ditemukan pada hari Sabtu (25/12/2022), dalam genangan darah di luar penginapannya di negara bagian Odisha timur India, tempat dia sedang berlibur bersama tiga warga negara Rusia lainnya.
Kematiannya terjadi dua hari setelah anggota lain dari rombongan perjalanan, Vladimir Bidenov, ditemukan tidak sadarkan diri setelah menderita serangan jantung di hotel yang sama dan upaya medis darurat tidak dapat menyelamatkan Bidenov.
Polisi mengatakan mereka meninjau rekaman CCTV, menanyai staf hotel dan sedang menunggu laporan otopsi terperinci, tetapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda pelanggaran.
"Semua sudut yang mungkin mengenai kematian dua warga negara Rusia sedang diverifikasi," kata kepala polisi regional Rajesh Pandit seperti dikutip Straits Times, Selasa (28/12/2022).
Serangan jantung Bidenov kemungkinan disebabkan oleh pesta minuman keras dan kemungkinan overdosis obat, katanya.
Baca Juga: Rusia Tuntut Ukraina Demiliterisasi, Lavrov: jika Tidak, Pasukan Rusia akan Membereskanmu
“Sejauh ini sepertinya Antov tidak sengaja jatuh dari teras hotel,” imbuh Pandit.
"Dia mungkin terganggu oleh kematian temannya lalu pergi ke teras hotel dan kemungkinan besar jatuh hingga meninggal dari sana."
Petugas mengatakan Antov dan teman-temannya tiba di negara bagian itu pada pertengahan Desember dan mengunjungi beberapa lokasi wisata sebelum tiba di hotel mereka di Rayagada awal pekan lalu.
Dua agen perjalanan lokal yang menyertai pesta itu juga telah diinterogasi, bersama dengan dua anggota rombongan liburan Rusia lainnya.
Antov sejak 2018 menjadi anggota parlemen regional 150 km timur Moskow, mewakili partai Rusia Bersatu pimpinan Presiden Vladimir Putin.
Sebelum memasuki dunia politik, ia mendirikan perusahaan pengolah makanan Vladimirsky Standart dan pada 2019 ia menduduki peringkat terkaya di antara semua anggota parlemen dan pejabat senior di negara itu menurut majalah Forbes edisi Rusia.
Pada bulan Juni, media Rusia menerbitkan pesan WhatsApp yang dikaitkan dengan Antov yang mengatakan bahwa pemboman rudal Kremlin di Ukraina adalah "terorisme".
Antov kemudian menanggapi melalui jaringan media sosial Rusia VK, menyatakan dia membantah telah menulis pesan tersebut, bersikeras dia mendukung "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.