MOSKOW, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuntut Ukraina mesti memenuhi tuntutan Moskow untuk "demiliterisasi" dan "denazifikasi" untuk mengakhiri perang. Jika tidak, Lavrov mengancam pasukan Rusia akan memaksa Ukraina melakukannya.
"Tentara Rusia akan membereskan masalah ini," kata Lavrov dikutip Associated Press, Selasa (27/12/2022).
Lavrov tidak menjelaskan bagaimana pasukan Rusia akan memaksa "demiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina, sesuatu yang dituntut Moskow sejak awal invasi yang berlarut-larut hingga bulan kesepuluh.
Baca Juga: Waduh, Lavrov Tuding Pentagon Ancam Akan Membunuh Vladimir Putin, Singgung Ancaman Nuklir
Lebih lanjut, Lavrov menuduh Barat memansakan perang di Ukraina untuk melemahkan Rusia. Ia mengeklaim, keputusan untuk mengakhiri konflik ada di tangan Kiev dan Washington.
"Mengenai durasi konflik, bola ada di tangan rezim (Kiev) dan Washington yang berdiri di belakangnya. Mereka bisa menghentikan perlawanan tak masuk akal ini kapan pun," kata Lavrov.
Pernyataan Lavrov tersebut diterbitkan sehari usai Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengaku pihaknya menghendaki konferensi tingkat tinggi untuk mengakhiri perang.
Kuleba menyebut Kiev menginginkan konferensi "perdamaian" dalam kurun dua bulan dengan mediasi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Namun, ia menegaskan Rusia harus diadili atas dugaan kejahatan perang sebelum negosiasi digelar.
Pernyataan bertentangan dari dua menteri luar negeri itu mencerminkan rumitnya situasi untuk mengakhiri perang di Ukraina. Kiev sebelumnya menegaskan tidak akan berunding sebelum Rusia menarik pasukan sepenuhnya.
Sementara itu, Moskow bersikeras wilayah yang direbutnya di Ukraina harus diakui, termasuk aneksasi Krimea pada 2014 silam.
Pada 24 Februari lalu, Rusia meluncurkan invasi berskala penuh untuk "demiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina. Namun, pasukan Rusia kemudian dipukul mundur hingga perang berarut-larut selama 10 bulan.
Baca Juga: Ukraina Klaim Tewaskan 100 Ribu Lebih Tentara Rusia selama 10 Bulan Perang
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.