JENEWA, KOMPAS.TV - Data menyedihkan kembali muncul: hampir sepersepuluh dari hewan dan tumbuhan laut di dunia saat ini berstatus terancam punah berdasarkan penelitian ilmiah.
Hal itu terungkap dalam laporan lembaga konservasi dunia Union for Conservation of Nature (IUCN) yang terbit Jumat (10/12/2022).
Straits Times melaporkan, status menyedihkan sekaligus mengerikan itu disimpulkan sebagai akibat dan dampak aktivitas manusia, mulai akibat perubahan iklim hingga polusi yang "menghancurkan" kehidupan laut, menurut Daftar Merah Spesies Terancam Punah terbaru.
Rilis laporan itu bertepatan dengan KTT PBB tentang alam di Montreal, Kanada. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara untuk mengakhiri "orgy perusakan" dan menyetujui kesepakatan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya habitat.
Daftar Merah IUCN sekarang mencakup 150.388 spesies, di mana 42.108 terancam punah. Lebih dari 1.550 dari 17.903 hewan dan tumbuhan laut yang dinilai kini terancam punah. Perubahan iklim disebut berdampak pada setidaknya 41 persen spesies laut yang terancam.
“Pembaruan Daftar Merah IUCN hari ini mengungkapkan badai sempurna dari aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan yang menghancurkan kehidupan laut di seluruh dunia. Saat dunia melihat konferensi keanekaragaman hayati PBB yang sedang berlangsung untuk menentukan arah pemulihan alam, kita tidak boleh gagal,” kata Dr Bruno Oberle, Direktur Jenderal IUCN.
“Kita sangat perlu mengatasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang terkait, dengan perubahan besar pada sistem ekonomi kita, atau kita berisiko kehilangan manfaat penting yang diberikan lautan kepada kita.”
Baca Juga: Laporan IUCN 2021, Indonesia Punya 189 Fauna Kritis Terancam Punah, 26 Spesies Adalah Mamalia
"Ini menunjukkan kita (manusia) punya dampak yang cukup merusak pada spesies laut," kata Craig Hilton-Taylor, kepala Daftar Merah IUCN, seperti dikutip Straits Times.
“Di bawah air, Anda tidak dapat benar-benar melihat apa yang sedang terjadi. Jadi dengan menilai status spesies, itu memberi kita indikator nyata tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana, dan itu bukan kabar baik.”
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.