BEIJING, KOMPAS.TV – Mengangkat kertas kosong, mengkooptasi lagu kebangsaan, dan permainan kata yang rumit. Itulah siasat pengunjuk rasa di China merancang segudang cara kreatif untuk menyuarakan perbedaan pendapat terhadap pemerintah dan kebijakan nol-Covid-nya.
Makin banyak warga China berusaha menghindari sensor untuk menunjukkan kemarahan mereka dan menunjukkan dukungan untuk protes atas kerasnya kebijakan pembatasan dan penguncian Covid-19 di seluruh China.
Poster Unjuk Rasa Kosong.
Para pengunjuk rasa di berbagai kota, termasuk Beijing hari Minggu, (27/11/2022) mengangkat kertas putih kosong berukuran A4 sebagai tanda solidaritas dan anggukan atas sensor dan kurangnya kebebasan berbicara di China. Lainnya memposting kotak putih di profil media sosial WeChat mereka.
Foto-foto viral juga menunjukkan mahasiswa dari universitas top China Tsinghua memegang tanda yang menunjukkan fomula fisika persamaan Friedmann, dipilih karena kesamaan pelafalan antara nama fisikawan itu dan frase “orang yang dibebaskan” atau “kebebasan” dalam bahasa China.
Setelah pihak berwenang memblokir kata kunci dan nama tempat yang lebih jelas dari pencarian Internet, posting tidak masuk akal yang terdiri dari karakter berulang dengan makna "positif" menjadi viral di aplikasi super WeChat dan Weibo seperti Twitter, termasuk beberapa yang hanya berbunyi "benar, benar, benar, benar benar” dan “baik baik baik”.
Pada hari Senin, banyak posting omong kosong sebelumnya dan referensi ke "kertas A4" telah dihapus dari situs sosial, meskipun posting serupa terus menyebar.
Pengguna media sosial juga beralih ke permainan kata tingkat lanjut untuk membahas protes, menggunakan istilah seperti "kulit pisang", yang memiliki inisial yang sama dengan pelafalan nama Presiden Xi Jinping dalam bahasa China, dan "udang lumut", yang terdengar mirip dengan frasa "mundur".
Baca Juga: Pemerintah China Mulai Sensor Media Buntut Maraknya Protes Kebijakan Penguncian Covid-19
Sarkasme
Beberapa orang pada akhir pekan menyerukan secara eksplisit agar Xi mundur, dan meneriakkan slogan-slogan seperti “Tidak untuk tes Covid! Ya untuk kebebasan!”, merujuk pada spanduk yang digantung oleh seorang pengunjuk rasa tunggal di Beijing tepat sebelum Kongres Partai Komunis pada bulan Oktober.
Yang lain lebih berhati-hati, mengadakan apa yang tampak sebagai protes diam-diam dan menawarkan bunga dan lilin untuk mengenang para korban kebakaran mematikan di Xinjiang pekan lalu, yang memicu gelombang kemarahan terbaru.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.