BEIJING, KOMPAS.TV - Demonstrasi besar karena lockdown Covid-19 di China semakin menyebar ke seluruh negara termasuk kota-kota besar, salah satunya Shanghai.
Unjuk rasa itu sebagai protes atas kebijakan nol-Covid yang diperintahkan Presiden China Xi Jinping.
Kebijakan tersebut dianggap lebih banyak sisi negatifnya ketimbang membantu warga dalam memerangi Covid-19.
Seruan agar Xi Jinping mundur dari posisinya sebagai Presiden China pun terus mengemuka.
Baca Juga: Protes Terhadap Lockdown di China Kini Terjadi di Kampus Elite Universitas Tsinghua
Sosiolog dari Universitas John Hopkins, Profesor Ho-fung Ho, menegaskan situasi tak menentu di China pada beberapa hari terakhir merupakan situasi yang berbahaya bagi Xi Jinping.
Dikutip dari BBC, Senin (28/11/2022), Profesor Ho mengatakan bahwa protes itu mewakili ujian serius pertama dari pemerintahan otokratis absolut (Presiden Xi).
Apalagi, dengan semakin banyak seruan untuk Xi Jinping mundur dari kekuasaannya.
Ia mengatakan Xi mendukung dirinya sendiri selama dua tahun terakhir dengan menerapkan kebijakan nol-Covid yang ketat, tanpa akhir yang terlihat.
“Bagaimana ini akan diselesaikan akan berdampak lama terhadap politik dan ekonomi China di tahun-tahun mendatang,” katanya.
Profesor Ho pun mengatakan kebijakan tersebut telah menguras kesabaran para anak muda, kelas menengah, pekerja bahkan elite negara.
Baca Juga: Protes atas Kerasnya Pengendalian Covid-19 di China Menyebar ke Shanghai dan Kota-Kota Lain
Akibatnya, ia mengatakan protes baru-baru ini di pabrik Foxconn di Zhengzhou dan kebakaran apartemen di Urumqi telah menyebabkan percikan yang memicu protes lebih jauh, yang dipicu oleh ketidakpuasan yang meluas.
Kasus Covid-19 di China sendiri kembali meninggi sejak awal tahun ini, meski kebijakan nol-Covid telah digalakkan oleh Pemerintah China.
Bahkan pada Rabu (23/11/2022), kasus harian Covid-19 menembus rekor terbanyak dengan jumlah 31.444 kasus.
Jumlah tersebut melewati rekor sebelumnya yang tercatat pada 13 April 2022 saat lockdown sebulan penuh yang diterapkan di Shanghai.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.