MOSKOW, KOMPAS.TV - Seorang anggota marinir Rusia mengakui bahwa desersi dari garis depan di Ukraina merupakan cara untuk bertahan hidup.
Perwira marinir Rusia tersebut mengungkapkannya dalam wawancara dengan MediaZona, media publikasi independen Rusia. Ia mengungkapkan pengakuannya dalam kondisi anonimitas demi keselamatan dirinya.
Dikutip dari Newsweek, ia mengatakan, anggota dari brigade marinir ke-155 dari Armada Pasifik Rusia yang telah mengeluhkan kerugian besar kepada Gubernur Primorye, Oleg Kozhemyko, dipaksa untuk tetap berada di garis depan.
Baca Juga: Kaisar Romawi Ini Sebelumnya Diyakini Palsu, Akhirnya Terbukti Benar-Benar Ada Berkat Koin Emas Kuno
Sedangkan mereka yang tetap diam dan tak mengeluh, sudah bisa dirotasi.
Perwira marinir tersebut merujuk pada serangan di mana brigade tersebut terlibat di Garnisun Militer Ukraina, di Pavlivka, sebelah selatan daerah aneksasi Donetsk pada 2 November lalu.
Serangan tersebut dilakukan untuk memberi pasukan Rusia akses ke jalur pasokan utama di daerah tersebut.
Media Rusia membagikan surat yang dilaporkan penuh dengan keluhan unit elit Angkatan Laut (AL) itu. Mereka menuduh pimpinan militer melemparkan mereka ke dalam serangan yang “tak dapat dipahami” terhadap pasukan Ukraina di wilayah itu.
“Sebagai hasil dari rencana serangan oleh ‘jenderal hebat’, kami kehilangan sekitar 300 orang yang terbunuh, terluka dan hilang dalam jangka waktu empat hari. Serta setengah dari perlengkapan kami,” bunyi dari surat kepada Kozhemyko itu.
Para marinir pun menuduh pemimpin unit termotivasi dengan bayaran dan bonus, serta janji dan kehormatan militer.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.